Bmkg Prediksi Puncak Musim Kemarau 2025, Bakal Lebih Panas? Ini Wanti-wantinya

Sedang Trending 13 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia mulai memasuki musim tandus secara berjenjang sejak bulan ini, Maret 2025. Sementara puncaknya bisa terjadi pada periode Juni hingga Juli, beberapa wilayah kemungkinan mengalami cuaca panas lebih ekstrem, sehingga bisa memicu kekeringan.

"La Nina telah berakhir. Artinya, musim tandus bakal normal. Semoga cuaca kondusif," katanya dalam konvensi pers Prediksi Musim Kemarau 2025, Rabu (13/3/2025).

Kepala BMKG Dwikorita menyebut tahap pertama musim tandus terjadi pada enam area musim alias 0,86 persen area musim. Hal ini terjadi setelah adanya peralihan angin monsun Asia dengan angin monsun Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal musim tandus umumnya berangkaian erat dengan peralihan angin monsun Asia alias angin daratan beranjak menjadi angin monsun Australia nan aktif," ujar Dwikorita.

Sejumlah wilayah nan bakal lebih dulu memasuki musim kemarau, meliputi Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Diprediksi terjadi pada April.

Sementara di bulan Mei, wilayah nan bakal memasuki musim tandus mulai meluas, ialah sebagian mini Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian selatan.

Wanti-wanti BMKG

Masyarakat dan sejumlah sektor diimbau mewaspadai puncak tandus nan bisa jadi tiba pada Juni, Juli, dan Agustus.

"Mulai Mei sudah kudu diwaspadai, sehingga sejak Maret ini diharapkan beragam sektor menyesuaikan, seperti pertanian nan dapat mengatur agenda tanam agar produktivitas tidak terganggu. Selain itu, sektor kebencanaan bisa mempersiapkan langkah mitigasi untuk mencegah kebakaran rimba dan lahan, terutama saat puncak tandus pada Juni hingga Agustus," ujar Dwikorita.

Perlu dicatat, sumber daya air juga disebutnya wajib dijaga, mengingat ada potensi curah hujan nan menurun di sejumlah wilayah. Sejumlah wilayah bakal lebih panas dari biasanya.

Menurut Dwikorita, periode Juli sudah berada di musim tandus monsunal pada beberapa wilayah, periode kering nan terjadi lantaran pengaruh angin monsun, ialah angin musiman nan arahnya berubah setiap separuh tahun, nan membawa kelembapan rendah ke wilayah Indonesia. Terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Sementara pada akhir Juli hingga Agustus, terdapat kecenderungan peningkatan potensi karhutla di wilayah Sumatera bagian selatan serta ekspansi area terdampak di Kalimantan bagian selatan.


(naf/kna)

Selengkapnya