ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Kejayaan Nvidia sebagai raja chip AI mulai terguncang lantaran beberapa faktor. Selain persaingan nan makin ketat dengan produsen China, perang tarif nan dilancarkan Donald Trump juga membikin posisi Nvidia tertekan.
Beberapa saat lalu, CEO Nvidia Jensen Huang blak-blakan mengakui keperkasaan pabrikan China dalam pertarungan teknologi baru seperti AI.
"Ada cukup banyak persaingan di China. Huawei adalah salah satu nan sangat kompetitif," kata Huang dikutip dari CNBC Internasional, Senin (24/3/2025).
Huawei merupakan salah satu raksasa China nan paling dimusuhi AS dan masuk daftar hitam sejak 2018. Masa-masa susah Huawei terpantau pada periode 2020-2023.
Namun, Huawei sukses bangkit dan pelan-pelan menunjukkan taring. Huawei menunjukkan bahwa perusahaan bisa menciptakan penemuan teknologi secara mandiri, tanpa berjuntai dengan AS.
Seiring berjalannya waktu, Huawei makin jorjoran mengekspansi bisnisnya di sektor chip, jasa cloud, pemrosesan komputasi, serta produk jaringan.
Nvidia Satukan Kekuatan dengan Elon Musk
Namun, Nvidia juga tak tinggal tak bersuara menghadapi gempuran China. Nvidia dan startup xAI milik Elon Musk berasosiasi dalam konsorsium nan dibekingi Microsoft, pendanaan investasi MGX, dan BlackRock, untuk mengekspansi prasarana teknologi kepintaran buatan (AI) di Amerika Serikat (AS).
Upaya ini bermaksud mendorong AS untuk mempertahankan posisi di tengah kejuaraan untuk mendominasi AI di skala global, dikutip dari Reuters.
Konsorsium ini sejatiya sudah dibentuk sejak tahun lampau dengan sasaran investasi awal lebih dari US$30 miliar (Rp494 triliun) untuk proyek-proyek mengenai AI. Salah satu upaya terbesarnya adalah mendanai info center dan akomodasi daya nan dibutuhkan untuk menyokong aplikasi AI seperti ChatGPT milik OpenAI.
Bergabungnya Nvida dan xAI sekaligus mengubah nama konsorsium menjadi 'AI Infrastructure Partnership' (AIP). Konsorsium ini menargetkan pengumpulan biaya sebesar US$100 miliar (Rp1.646 triliun).
Bukti Runtuhnya Kejayaan Nvidia
Nvidia dan raksasa teknologi AS kudu menelan pil pahit lantaran perang jual beli nan dilancarkan Trump. Pada awal Maret 2025, Nasdaq mencatat penurunan paling signifikan sejak 2022.
Tujuh raksasa teknologi paling berbobot di bumi kehilangan nilai pasar lebih dari US$750 miliar (Rp12,3 triliun). Apple memimpin penurunan paling tajam nan menyebabkan nilai perusahaan jatuh sekitar US$174 miliar (Rp2.800 triliun).
Nvidia juga kehilangan nyaris US$140 miliar (Rp2.200 triliun) nilai pasarnya dengan saham nan ditutup ambruk 5%. Raksasa chip AI tersebut telah kehilangan nyaris sepertiga nilai pasarnya dalam waktu 2 bulan pasca mencatat rekor tertinggi pada Januari 2025.
Dalam aktivitas nan digelar perusahaan, Huang sempat memihak perusahaan atas guncangan dari persaingan DeepSeek dan AI lain dari China nan biayanya murah.
Huang berkilah untuk menciptakan Agen AI nan lebih canggih, dibutuhkan daya dan prasarana nan besar. Namun, Huang tak sukses meyakinkan penanammodal dan saham Nvidia kembali ambruk 3,4% usai presentasi Huang pada pekan lalu.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: China Berencana Bangun Stasiun Penelitian di Dasar Laut
Next Article Manusia Rp 2.000 Triliun Pamer Komputer Super Seukuran Tangan