Bisnis Internet Gagal Mau Dihidupkan Komdigi, Ahli: Sudah Ada Kajian?

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Kementerian Komunikasi dan Digital mengumumkan rencana lelang gelombang untuk jasa Broadband Wireless Access (BWA). Frekuensi nan bakal dilelang ada spektrum 1,4 Ghz dengan lebar 80 Mhz.

Layanan BWA adalah jasa internet tanpa kabel nan terbatas di wilayah tertentu. Layanan BWA nan dulu sempat terkenal adalah Bolt dan IM2. Namun, perkembangan jasa internet operator seluler membikin BWA ditinggalkan.

Semua jasa BWA tutup dan gelombang unik BWA di 2,3 GHz dikembalikan ke pemerintah. Bahkan, tiga perusahaan sempat menunggak Biaya Hak Penggunaan (BHP) gelombang ialah First Media, Internux (Bolt), dan Jasnita. Izin ketiga perusahaan tersebut akhirnya dicabut oleh pemerintah.

Pengamat dan Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Agung Harsoyo menitipkan beberapa perihal sebelum akhirnya melelang 1,4 Ghz untuk jasa BWA. Salah satunya menetapkan dua pemenang secara nasional.

"Agar terjadi persaingan upaya nan sehat, Kementerian Komdigi dapat menetapkan 2 pemenang lelang gelombang 1.4 GHz secara nasional. Dengan lebar pita 80Mhz di gelombang 1,4 GHz memang tidak optimal untuk satu operator menyelenggarakan 5G," kata Agung dalam keterangannya dikutip Selasa (4/1/2025).

Dia menjelaskan pemenang lebih satu untuk menciptakan persaingan upaya nan sehat. Kerja sama dan spektrum sharing bisa dilakukan dengan adanya UU Cipta Kerja agar bisa menerapkan teknologi 5G.

Selain itu juga dapat mewujudkan internet sigap 100 Mbps, nan sudah dicita-citakan pihak Komdigi sebelumnya.

Agung menambahkan untuk mempertimbangkan tiap wilayah jika tetap memberlakukan skema berasas wilayah. Dengan begitu operator tidak memilih wilayah nan menguntungkan saja.

"Jika Komdigi tak mempertimbangkan wilayah nan gendut dan kurus, maka kecenderungannya operator nan hanya memilih wilayah nan menguntungkan saja. Enggan untuk membangun di wilayah nan kurus. Sehingga objektif pemerintah untuk memperluas penetrasi broadband di seluruh wilayah Indonesia dengan nilai nan terjangkau tak tercapai," kata Agung.

Internet murah 100 Mbps

Dari jauh-jauh hari, pihak kementerian memang sering menyuarakan mau Indonesia punya internet cepat. Bahkan sempat direncanakan internet minimal 100 Mbps.

Dalam keterangannya, Komdigi menjelaskan jasa BWA adalah akses komunikasi info spektrum gelombang radio dan diperuntukkan penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet-switched menggunakan teknologi International Mobile Telecommunications (IMT).

Hal ini juga disinggung dalam rencana patokan penggunaan gelombang 1,4 Ghz. Begitu juga dengan internet murah.

"Diharapkan terobosan kebijakan ini dapat mendorong hadirnya internet di rumah dengan kecepatan akses sampai dengan 100 Mbps dengan nilai jasa nan terjangkau," tulis Komdigi.

Kepada detikai.com, Agung mengatakan internet murah dan sigap merupakan objektif nan mulia. Namun jadi pertanyaan apakah keduanya bisa dicapai dengan lelang 1,4 Ghz.

"Pertanyaannya kemudian apakah dapat dicapai dengan langkah lelang pita gelombang 1,4 GHz dan berkarakter regional (FWA/BWA)? Mudah-mudahan sudah ada kajian mengenai perihal tersebut," jelasnya.

Selain itu, dia juga menyinggung tiap izin melalui kajian Regulatory Impacts Analysis (RIA) nan cermat. Kalau secara akademik, menggunakan framework GRC (Governance, Risk Management, dan Compliance).

"Termasuk di dalamnya benchmark: gimana praktik dan konteks penggunaan pita gelombang 1,4 GHz di negara-negara lain," ucap Agung.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video:"Kekuatan" Teknologi AI Lawan Canggihnya Serangan Siber 2025

Next Article Operator HP Butuh Duit Banyak Buat Tahun Depan, Ini Alasannya

Selengkapnya