Berkah Ramadan, Penjualan Kelapa Muda Naik 2x Lipat

Sedang Trending 14 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Air kelapa muda menjadi salah satu pilihan masyarakat kala berbuka puasa, banyaknya permintaan tersebut turut meningkatkan omzet para penjualnya salah satunya di Jalan Bangunan Barat, Rawamangun, Jakarta Timur.

Salah satu pemilik upaya kelapa muda Tribadar Sutomo menyebut bulan ramadan turut membawa berkah kepada para penjual kelapa muda, karena air kelapa nan kaya bakal faedah ini menjadi pilihan warga, dalam sehari dia bisa menjual hingga 200 butir kelapa.

"Jadi kalo bulan ramadan ini ada tambahan dari pedagang musiman nan ambil kelapa di sini, kalo hari biasa 100 buah pas ramadan sehari bisa lenyap 200 buah," cerita Tri saat dijumpai detikaicom di lapak Es Kelapa Muda Mantul Rasa, Rabu (19/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui sepanjang jalan Bangunan Barat ini cukup banyak nan menjual kelapa muda, dalam seharinya mereka bisa mendatangkan hingga 2.500 butir kelapa. Tri mengaku penjualan kelapa meningkat imbas banyaknya pedagang musiman sehingga dia juga menjual kelapa secara grosiran.

Memang meski hari tetap siang masyarakat mulai berburu kelapa di lapak-lapak sepanjang jalan ini karena semakin sore maka peminatnya semakin banyak, buah kelapa ini didatangkan langsung dari wilayah Lampung dan Banten setiap malam sehingga membuatnya tetap segar saat ditenggak kala berbuka puasa.

"Biasanya kita ambil dari Lampung sama Banten tapi dominan Lampung Selatan sama Lampung Timur. Kalo hari biasa (bukan ramadan) saat permintaan tinggi kita nurunin (kelapa) 2 hari sekali, tapi kalo di bulan puasa bisa setiap malam," lanjut Tri.

Pria kelahiran Garut tersebut diketahui telah lama membuka upaya di area ini, tahun 2003 dia membuka upaya steam motor namun lambat laun para pedagang kelapa di wilayah ini kian ramai hingga Tri mencoba keberuntungannya dengan membuka upaya serupa pada tahun 2015. Awal berkenalan dengan buah kelapa dia kudu terluka karena tak biasa memegang golok.

"Kesulitan dulu awal-awal itu kena golok sampai kena tangan, nggak parah hanya sobek dikit lah lantaran nggak biasa megang golok," lanjut Tri.

Namun rupanya upaya kelapa nan dia bangun justru tak mendatangkan omzet nan baik, perputaran duit nan kurang memuaskan membuatnya kudu gulung tikar dan beranjak ke ojek online. Namun berjalannya waktu semakin banyak persaingan di jalan membuatnya kembali membuka lapak kelapa ditambah dengan pisang goreng tanduk dan memperkuat hingga saat ini.

Kala pandemi COVID-19 menyerang upaya kelapa ini justru meningkat dengan penjualan kelapa ijo nan dinilai baik untuk tubuh. Kala itu untuk menambah permodalan dia turut mengambil program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Pulomas, tak hanya Tri pedagang lain turut ikut serta salah satunya Rosyid.

Berbeda dengan Tri, Rosyid merupakan mantan tenaga kerja kelapa nan memilih membuka upaya kelapa secara berdikari tak jauh dari lapak Tri. Kala itu Rosyid baru membuka lapak persis satu minggu sebelum pandemi merebak.

"Saya nggak memprediksi saat itu (pandemi) kelapa ijo bagus penjualannya, soalnya saya sempat kerja di lapak depan itu. Karena saya mau berdikari jadi saya cari tempat pas seminggu sebelum COVID-19," cerita Rosyid.

Dengan duit tabungan senilai Rp 5 juta dia nekat mendatangkan kelapa seadanya dan merapikan lapak serta memenuhi semua perlengkapan, gayung bersambut peminatnya melonjak tinggi dan meledak hingga 2.000 buah kelapa ijo ludes dalam sehari. Rosyid tetap ingat betul kudu bongkar muat kelapa jam 3 pagi lampau pada jam 8 pagi kelapa sudah ludes diborong pembeli.

"Waktu pertama modal 5 juta untuk beli kelapa sama perlengkapan, setelah COVID-19 (kelapa ijo) mulai dicari orang. Sampe sekarang punya langganan jadi dapat berkahnya sehari bisa 2000 kelapa ijo abis," lanjut Rosyid.

Untuk mendongkrak penjualannya itu, sama seperti Tri dia sempat mendapatkan pinjaman KUR dari Bank BRI Unit Pulo Mas dengan nomor Rp 10 juta nan dia cicil selama satu tahun.

"KUR BRI tahun 2020, saya nan ke instansi BRI dulu Rp 10 juta untuk modal nambah-nambah kelapa. Sebulannya kurang lebih Rp 700 ribu setahun, termasuknya KUR itu bunganya ringan cukup ngebantu banget. Pengajuan gampang, alhamdulilah persyaratan mudah hanya 2-3 hari cair," lanjut Rosyid.

Tak hanya memanfaatkan KUR BRI, gerai Rosyid juga menyediakan QRIS BRI nan saat ini justru menjadi andalannya dalam melayani pembeli. Rosyid mengaku saat ini pembeli kebanyakan justru bayar menggunakan QRIS, dia apalagi diminta pengguna untuk menyediakan jasa itu sebelum akhirnya menjadi andalan.

Adanya QRIS juga membuatnya lebih mudah dalam mengelola keuangan, diketahui Rosyid sekarang cukup bayar kelapa kepada petani di kampung dengan menggunakan transfer hasil tabungan nan didapat dari pembayaran QRIS, sisanya dia gunakan untuk bayar tenaga kerja dan melayani kembalian jika tetap ada nan menggunakan cash.

"Pasang QRIS dari setahun lampau diminta pelanggan, terus dicetakin sama orang BRI jadi duit masuk ke rekening, duit nan di rekening buat shopping (kelapa) lagi saya tf-in (transfer) dari sini ke Bank BRI petaninya. Sekarang kebanyakan QRIS sayanya juga enak, orang ada nan beli satu kelapa aja pake QRIS ngga ribet jadinya. Kalo ngga ada kembalian saya suruh QRIS ajalah," lanjut Rosyid.

Hingga sekarang upaya kelapa Rosyid terus berkembang apalagi telah mempunyai tiga orang tenaga kerja dengan omzet Rp 2 juta dalam sehari, atas jerih payahnya itu dia sekarang bisa menyekolahkan empat anaknya nan dimana sang sulung sekarang menginjak bangku kuliah di Universitas Negeri Jakarta.

(hns/hns)

Selengkapnya