ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Ekonom Senior & Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto optimis nilai saham BBRI bakal kembali naik meski saat ini berada dalam tren penurunan. Hal ini memandang dari keahlian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk nan positif secara kuartalan.
Ryan menilai tren penurunan saham BBRI hanya berkarakter sementara. Hal ini memandang secara esensial keahlian finansial nan tetap bagus.
"Menurut pengamatan saya, itu baru semacam koreksi sesaat. Saya berani mengatakan sebetulnya secara esensial BRI beserta bank-bank Himbara nan lain itu di backup dengan keahlian finansial nan solid, nan bagus," kata Ryan kepada detikaicom, Senin (21/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apakah kondisi ini saat nan tepat untuk membeli? Ryan memang menyarankan agar membeli saham saat nilai sedang turun. Terkait level penurunannya, setiap penanammodal pasti berbeda-beda.
"Harga turun alias nilai bawah itu, antara kacamata saya dengan investor-investor lain itu mungkin beda. Hari ini saya mengatakan beli lantaran harganya sudah turun, tapi mungkin bagi dia tahan dulu, siapa tahu bisa turun lagi," ucap Ryan.
"Teori dasarnya memang beli lah ketika nilai saham di market itu turun," tambahnya.
Salah satu penanammodal ternama nan baru-baru ini memborong saham BBRI adalah Lo Kheng Hong. Saham BBRI nan dimilikinya mencapai 64.636.000 lembar saham.
Lo Kheng Hong menyebut nilai saham-saham nan saat ini berguguran disebabkan oleh biaya asing nan keluar dari pasar modal. Hal itu membikin nilai saham blue chip turut mengalami penurunan tajam termasuk BBRI.
"Dana asing kabur, nilai saham Blue Chip turun banyak," ungkap Lo Kheng Hong.
Meski begitu, kondisi ini tak membikin Lo Kheng Hong ikut hengkang dari pasar saham. Justru dia memilih untuk membeli saham-saham nan berkinerja cemerlang lantaran saat ini dianggap sebagai momentum nan bagus.
"Sehingga saya manarik semua Reksadana, mencairkan Deposito dan menjual seluruh Obligasi saya untuk membeli saham Wonderful Company nan dijual obral oleh asing," ungkap Lo Kheng Hong.
(aid/rrd)