Banyak Diekspor Bikin Harga Kelapa Melonjak, Begini Datanya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Harga kelapa bulat mengalami peningkatan signifikan. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut penyebab kenaikan itu lantaran pasokan lebih banyak diekspor, sehingga stok di dalam negeri berkurang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari-Maret 2025, ekspor untuk kelapa nan tetap dalam kulit mencapai US$ 45,6 juta.

"Lalu ekspor kopra (daging buah kelapa dikeringkan) itu US$ 5,9 juta. Dibandingkan Januari-Maret 2024 ada penurunan," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konvensi pers di Kantor BPS, Senin (21/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman Informasi Pangan Jakarta nilai kelapa kupas tertinggi berada di Pasar Induk Kramat Jadi Rp 20.000/kg, sementara terendah Pasar Mayestik Rp 10.000/kg.

Beberapa waktu lalu, seperti pantauan detikaicom, Jumat (11/4), nilai kelapa bulat alias parut mengalami lonjakan nan signifikan. Salah seorang penjual kelapa parut di Pasar Rawa Bebek, Usin, mengatakan nilai satu butir kelapa bisa mencapai Rp 25.000, tergantung ukuran.

Padahal saat kondisi normal, kelapa parut dijual dengan nilai Rp 10.000-15.000 per butir. Artinya untuk kelapa ukuran kecil, nilai mengalami kenaikan dua kali lipat.

Menanggapi perihal tersebut, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan salah satu penyebab nilai kelapa melambung tinggi lantaran permintaan ekspor nan tinggi. Dia menyebut nilai kelapa di luar negeri saat ini tengah naik.

Sementara, pelaku upaya dalam negeri membeli nilai nan lebih murah ke eksportir. Untuk itu, banyak pengusaha ekspor alias eksportir lebih memilih mengekspor.

"Itu kan kelapa naik harganya kan lantaran ekspor, ekspor dari China jadi nilai naik. Sementara industri dalam negeri kan belinya dengan nilai murah sehingga eksportir kan lebih suka berjual. Jadinya langka gitu kan," kata Budi saat ditemui di Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (20/5/2025).

(kil/kil)

Selengkapnya