Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Ri Jadi 4,7%

Sedang Trending 21 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Bank Dunia (World Bank) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% pada 2025. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya ialah 5,1% nan disampaikan pada Oktober 2024.

Dalam laporan Bank Dunia terbaru berjudul The Macro Poverty (MPO) Outlook jenis April 2025, pemangkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia itu disebabkan ketidakpastian kebijakan perdagangan dunia dan penurunan nilai komoditas sehingga bakal berakibat pada ketentuan perdagangan Indonesia serta kepercayaan investor.

"Meskipun susah untuk mengukur akibat penuh dari langkah-langkah baru-baru ini lantaran pergeseran kebijakan dapat terus terjadi," tulis Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Minggu (27/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Bank Dunia menilai langkah-langkah stimulus nan telah diumumkan pemerintah, serta reformasi nan direncanakan untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi dapat mengimbangi akibat negatif tersebut.

"Stimulus permintaan nan diumumkan, ditambah dengan reformasi nan direncanakan untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi dapat mengimbangi akibat ini," sebut Bank Dunia.

Pembentukan modal diperkirakan bakal meningkat secara berjenjang seiring dengan berjalannya investasi melalui Danantara. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprediksi tetap tangguh, meskipun bakal ada moderasi seiring dengan kurangnya lapangan pekerjaan berbobot nan menekan peningkatan tabungan.

Dalam perihal kemiskinan, Bank Dunia memproyeksi tingkat kemiskinan nan diukur dengan garis kemiskinan negara berpenghasilan rendah (LMIC) bakal turun menjadi 11,5% pada tahun 2027, seiring dengan permintaan nan tetap kuat. Di sisi lain, kesenjangan output nan positif diperkirakan bakal mendorong inflasi, nan diprediksi tetap berada dalam sasaran Bank Indonesia (BI).

Dalam perihal ini Bank Dunia menyarankan respons kebijakan dalam tiga aspek. Pertama, memanfaatkan teknologi baru dapat meningkatkan produktivitas dan sebagai hasilnya dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja, seperti nan ditunjukkan di Malaysia dan Thailand.

Kedua, reformasi untuk meningkatkan persaingan, terutama di bagian jasa dapat menciptakan kesempatan ekonomi baru, seperti nan terlihat di Vietnam. Ketiga, kerja sama internasional nan lebih besar dapat meningkatkan ketahanan.

(aid/kil)

Selengkapnya