ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Bank Dunia memperingatkan bahwa nyaris 10 juta penduduk Pakistan dapat menghadapi kerawanan pangan parah selama tahun fiskal saat ini, dengan tingkat kemiskinan diperkirakan bakal meningkat.
Peringatan itu muncul saat bank tersebut juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi Pakistan menjadi 2,7%, dengan argumen kebijakan ekonomi ketat nan menekan produksi nasional.
Dalam laporan dwitahunan Pakistan Economic Update, badan pemberi pinjaman nan berbasis di Washington itu mencatat bahwa pemerintah kemungkinan bakal kandas mencapai sasaran defisit anggaran tahunannya. Selain itu, beban utang negara diproyeksikan meningkat baik secara absolut maupun sebagai proporsi PDB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan kondisi suasana nan berakibat pada keseluruhan produksi pertanian tanaman utama seperti padi dan jagung, nyaris 10 juta orang, sebagian besar di wilayah pedesaan, diperkirakan bakal mengalami tingkat kerawanan pangan akut nan tinggi pada tahun anggaran 2025," kata Bank Dunia, sebagaimana dilansir The Express Tribune, Sabtu, (26/4/2025).
Laporan ini kembali menyoroti isu-isu nan jarang dibahas dalam pertemuan resmi ialah kerawanan pangan, kemiskinan, pengangguran, dan penurunan bayaran riil.
Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa "sektor-sektor utama bagi masyarakat miskin-pertanian, konstruksi, dan jasa berbobot tambah rendah-mengalami pertumbuhan rendah alias negatif, nan menyebabkan bayaran riil stagnan."
Dikombinasikan dengan pertumbuhan masyarakat sekitar 2%, perihal ini diperkirakan bakal mendorong sekitar 1,9 juta orang lagi ke dalam kemiskinan pada tahun fiskal ini. Tidak hanya itu, rasio lapangan kerja terhadap populasi berada pada nomor 49,7%, nan mencerminkan rendahnya keterlibatan pasar tenaga kerja, khususnya di kalangan pemuda dan wanita, kata Bank Dunia.
Laporan tersebut menyatakan bahwa pengeluaran perlindungan sosial tidak sejalan dengan inflasi, sehingga membatasi sumber daya nan tersedia bagi kaum miskin untuk makanan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan krusial lainnya, nan berakibat negatif pada modal manusia dan produktivitas tenaga kerja.
Dikatakan bahwa 37% pemuda dan 62% wanita tidak mengenyam pendidikan, pekerjaan, alias pelatihan. "Meskipun bayaran harian nominal nyaris dua kali lipat untuk pekerja berketerampilan rendah, seperti tukang batu, tukang cat, tukang ledeng, dan pekerja tidak berketerampilan, bayaran riil tetap stagnan alias apalagi sedikit menurun," menurut pemberi pinjaman.
Akibatnya, jumlah masyarakat miskin, apalagi pada garis kemiskinan nasional resmi, bakal sedikit meningkat. Bank Dunia menyatakan bahwa dengan menggunakan garis kemiskinan nasional sebesar Rs3.030 per orang dewasa setara per bulan pada tahun 2013-14, alias Rs8.231 pada nilai tahun 2024, tingkat kemiskinan nan diproyeksikan adalah 25,4% untuk tahun fiskal ini.
Pertumbuhan Ekonomi nan Lambat
Bank Dunia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap sebesar 2,7% pada tahun fiskal ini, nan sejalan dengan perkiraan nan dibuat oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB).
Artinya, pemerintah bakal kandas mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi sebesar 3,6% nan dijelaskan Menteri Keuangan Muhammad Aurangzeb dalam anggaran sebagai sesuatu nan dapat dicapai.
"Tantangan utama Pakistan adalah mengubah untung terkini dari stabilisasi menjadi pertumbuhan ekonomi nan berkepanjangan dan memadai untuk pengurangan kemiskinan," kata Najy Benhassine, Direktur Negara Bank Dunia untuk Pakistan.
Ia menekankan bahwa reformasi berakibat tinggi untuk memprioritaskan sistem pajak nan efisien dan progresif, mendukung nilai tukar nan ditentukan pasar, mengurangi tarif impor untuk meningkatkan ekspor, memperbaiki lingkungan bisnis, dan merampingkan sektor publik bakal menandakan komitmen reformasi nan kuat, membangun kepercayaan, dan investasi.
Bank Dunia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada tahun anggaran berikutnya menjadi hanya 3,1% dan kemudian menjadi 3,4% pada tahun 2027. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tiga tahun tersebut lebih rendah dibandingkan sasaran tahunan pemerintah pada tahun anggaran ini sebesar 3,6%.
Laporan tersebut menyatakan bahwa inflasi diproyeksikan turun hingga 5% tahun ini, mencerminkan permintaan nan lemah, nilai komoditas dan daya nan lebih rendah, serta nilai tukar nan stabil.
Untuk tahun fiskal ini, transaksi melangkah Pakistan diproyeksikan mencapai surplus 0,2% dari PDB alias $800 juta, surplus tahunan pertama dalam 15 tahun, didorong oleh kiriman duit pekerja nan lebih kuat, kata Bank Dunia.
Ini bakal membantu mengimbangi defisit perdagangan nan melebar lantaran pertumbuhan impor melampaui pertumbuhan ekspor. Transaksi melangkah diperkirakan bakal kembali mengalami defisit 0,5% pada tahun fiskal berikutnya, tambahnya.
Lanjut ke sebelah...