Ada Saham Bank Besar Lompat 11%, Ihsg Keluar Dari Zona Merah 1%

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memangkas koreksi pada penutupan sesi I hari ini, Kamis (8/5/2025), setelah sempat tergelincir turun lebih dari 1% pada pukul 10.47 WIB.

Pada penutupan sesi I, IHSG turun 0,53% ke level 6.889,68. Sebanyak 392 saham turun, 232 naik, dan 336 tidak bergerak. Nilai transaksi pada jarak makan siang hari ini mencapai Rp 8,8 triliun nan melibatkan 25,27 miliar saham dalam 934 ribu kali transaksi. 

Mengutip Refinitiv, properti menjadi sektor dengan penurunan paling dalam, ialah 1,77%. Lalu diikuti oleh finansial -0,84% dan teknologi -0,78%.

IHSG melawan kembali dan keluar dari area penurunan 1% ditopang oleh sejumlah saham melesat naik. Salah satu saham nan bergerak anomali adalah BBTN.

Di tengah sektor finansial nan berada di area merah, BBTN justru melesat 11,37% ke level 1.175. BBTN menyumbang 1,77 indeks poin kepada IHSG. 

Selain BBTN, saham nan menjadi pengganjal kejatuhan IHSG adalah DSSA. Emiten tambang grup Sinar Mas ini menyumbang 6,05 indeks poin dan naik 2% ke level 49.675 siang ini. 

Sementara itu, saham bank jumbo lain menjadi pemberat utama IHSG. BBRI yang turun 1,28% menyumbang -7,64 indeks poin terhadap pelemahan IHSG. Lalu BMRI dan BBCA, masing-masing menyumbang -5,28 indeks poin dan -5,11 indeks poin. 

Adapun posisiIHSG hari ini kontras dengan delapan hari perdagangan terakhir. IHSG anjlok seiring The Fed memutuskan menahan suku kembang acuan. The Fed mengumumkan suku kembang pada Rabu waktu AS alias Kamis awal hari waktu Indonesia (8/5/2025).

Ini merupakan kali ketiga The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku kembang sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku kembang di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 alias lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 pedoman poin (bps) di tahun kemarin.

Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump, nan diumumkan pada 2April 2025.

Dalam pernyataannya, The Fed mengakui ada kenaikan akibat stabilitas nilai dan ketenagakerjaan. Kondisi ini membikin bank sentral dalam posisi susah dalam menentukan arah kebijakan berikutnya.

"Ini bukan situasi di mana kami bisa bertindak secara pre-emptif, lantaran kami belum tahu apa respons nan tepat hingga memandang info lebih lanjut," kata Powell dalam konvensi pers usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC), dikutip dari CNBC International.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Tumbang Jelang Rilis The Fed & Perang India-Pakistan

Next Article IHSG Melaju Kencang! Terbang Nyaris 3%

Selengkapnya