ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Penyebab kecelakaan tragis pesawat Air India Flight 171 jenis Boeing 787-8 Dreamliner nan bertolak dari airport Ahmedabad ke London Gatwick pada Kamis (12/6) siang waktu setempat, tetap menjadi tanda tanya besar.
Apa nan sebenarnya terjadi bakal terkuak melalui investigasi mendalam nan dilakukan secara kolaboratif antara investigator India dengan master dari Inggris dan Amerika Serikat (AS) beberapa hari ke depan.
Pesawat Air India meledak sesaat setelah lepas landas, dengan ketinggian 1,5 kilometer dari landasan pacu di Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel. Insiden ini menandai kecelakaan fatal pertama Boeing 787-8 Dreamlinder sejak memasuki beraksi komersil pada 2011 silam.
Sebanyak 265 penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal dalam kecelakaan tersebut. Sementara 1 penumpang nan duduk di bangku nomor 11A sukses selamat.
BBC telah berbincang dengan para master aviasi dan pilot berbasis India nan secara reguler menerbangkan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner, untuk mencari tahu kemungkinan penyebab kecelakaan maut tersebut. Beberapa di antaranya meminta identitas mereka dirahasiakan.
Kesulitan Mencapai Ketinggian
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner nan meledak diterbangkan oleh Kapten Sumeet Sabharwal dan co-pilot Clive Kundar. Keduanya merupakan pilot berilmu nan secara total telah menerbangan pesawat selama 9.000 jam.
Secara khusus, Sabharwal merupakan pilot penerbangan komersil dengan pengalaman 22 tahun.
Menurut operator India, Boeing 787-8 Dreamliner lepas landas pada pukul 13:39 siang waktu setempat. Menteri Dalam Negeri India Amit Shah mengatakan pesawat membawa 100 ton bahan bakar alis dalam kondisi penuh ketika bertolak dari Ahmedabad.
Segera setelah lepas landas, kokpit memberikan sinyal ancaman (mayday call), menurut regulator aviasi India. Tak ada respons nan diberikan pesawat setelahnya.
Belum jelas apa pemicu mayday call tersebut, tetapi satu-satunya penumpang nan selamat mengatakan kepada media India bahwa dia mendengar bunyi ledakan keras sembari pesawat kesulitan mencapai ketinggian.
Berdasarkan rekaman video nan beredar, pesawat tampak terbang dengan ketinggian rendah di atas kediaman masyarakat lokal. Data akhir nan dikirimkan menunjukkan pesawat mencapai ketinggian 190 meter di atas permukaan.
Selanjutnya, pesawat terus-menerus turun dan tertutup oleh pepohonan dan bangunan, sebelum ledakan besar muncul di cakrawala.
"Tak ada waktu baginya [pilot] untuk bereaksi jika kedua mesin tak berfungsi," kata seorang pilot kepada BBC, dikutip Jumat (13/6/2025).
Pesawat kemudian menabrak area kediaman masyarakat. Gambar menunjukkan komplek perumahan padat mengalami kerusakan, termasuk rumah sakit dan beberapa gedung perkantoran.
Orang-orang membawa jenazah korban dari letak kecelakaan setelah pesawat Air India Boeing 787 Dreamliner jatuh di Ahmedabad, India, 12 Juni 2025. (REUTERS/Amit Dave)
Spekulasi Kerusakan 2 Mesin nan Jarang Terjadi
Sangat susah untuk menentukan penyebab kecelakaan ini berasas video nan beredar. Dalam beberapa hari ke depan, investigasi mendalam bakal menganalisa kotak hitam (black box) nan menyimpan rekam jejak info penerbangan.
Namun, dalam video nan beredar, pesawat tampak kesulitan mencapai ketinggian di udara. Spekulasi sementara merujuk pada kurangnya dorongan alias tenaga dari mesin.
Salah satu penyebab nan sudah ramai menjadi spekulasi di antara para master aviasi adalah kemungkinan kerusakan kedua mesin nan sangat jarang terjadi.
Pertanyaannya, apakah pesawat telah mengerahkan Ram Air Turbine (RAT), ialah turbin persediaan darurat nan menyala saat mesin utama kandas menghasilkan daya untuk sistem penting.
Sebagai informasi, kegagalan 2 mesin sekaligus sangat jarang terdengar. Salah satu kejadian nan terjadi akibat perihal ini adalah "Keajaiban di Hudson" pada 2009 silam.
Kala itu, pesawat Airbus A320 milik US Airways kehilangan kedua mesinnya akibat tabrakan dengan burung beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York, tetapi sukses meluncur dengan selamat.
Seorang pilot senior mengatakan kepada BBC bahwa kerusakan 2 mesin sekaligus bisa terjadi lantaran adanya kontaminasi bahan bakar alias penyumbatan.
Mesin pesawat bertumpu pada sistem pengukuran bahan bakar nan presisi. Jika sistem itu terblokir, perihal ini bisa memicu kekurangan bahan bakar dan mesin mati.
Marco Chan, seorang mantan pilot, mengatakan kepada BBC Verify bahwa tak ada bukti kuat nan menunjukkan bahwa kecelakaan disebabkan kegagalan mesin, berasas footage nan tersebar.
Mohan Ranganathan, seorang master aviasi, mengatakan kepada BBC bahwa kegagalan 2 mesin sekaligus merupakan kejadian nan sangat jarang terjadi.
Manufaktur mesin pesawat GE Aerospace mengatakan pihaknya mengirim tim unik ke India untuk membantu proses investigasi. Sementara Boeing mengatakan perusahaan menawarkan support penuh terhadap Air India.
Puing-puing Boeing 787 Dreamliner terletak di letak jatuhnya pesawat Air India di Ahmedabad, India, 12 Juni 2025. (REUTERS/Amit Dave)
Potensi Serangan Burung
Potensi lainnya nan juga ramai dibahas beberapa master di India adalah pesawat tabrakan dengan seekor burung di udara. Dalam kasus serius, mesin pesawat bisa kehilangan tenaga jika menyerap burung ke dalam, seperti nan terjadi pada kecelakaan Jeju Air nan menewaskan 179 orang pada tahun lalu.
Beberapa master dan pilot nan familiar dengan airport Ahmedabad mengatakan kepada BBC bahwa lingkungan sekitar airport memang banyak burung.
"Burung selalu ada di sekitar [bandara]," kata Ranganathan kepada BBC, berasas pengakuan setidaknya 3 pilot asal India nan sudah sering terbang dari dan menuju airport Ahmedabad.
Negara bagian Gujarat nan meliputi Ahmedabad, melaporkan 462 kejadian serangan burung selama 5 tahun. Mayoritas terjadi di airport Ahmedabad, menurut info Kementerian Penerbangan Sipil India di parlemen pada Desember 2023.
Laporan Times of India pada September 2023 mengutip info Otoritas Bandara nan menyebut ada 38 serangan burung pada 2022-2023 di Ahmedabad, alias meningkat 35% dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Kesalahan Penutup Sayap Pesawat
Tiga master nan berbincang kepada BBC Verify mengatakan ada potensi penyebab lain, ialah penutup sayap pesawat tak bekerja maksimal saat lepas landas. Kendati demikian, beberapa pilot lainnya meragukan dugaan ini.
Penutup sayap pesawat berkedudukan krusial saat lepas landas untuk membantu pesawat mencapai ketinggian maksimum dengan kecepatan lebih rendah.
Jika penutup saya pesawat tidak memanjang, mesin pesawat nan sudah sepenuhnya menyala bakal kesulitan mencapai ketinggian.
Di Ahmedabad, ketika temperatur udara mencapai nyaris 40 derajat Celcius saat kejadian terjadi, udara udara nan lebih tipis bakal memerlukan pengaturan pesawat nan lebih tinggi dan daya sorong mesin nan lebih besar, kata seorang pilot kepada BBC.
Dalam kondisi seperti itu, apalagi kesalahan konfigurasi nan mini dapat menimbulkan akibat nan fatal.
Footage CCTV nan beredar menunjukkan pesawat memang kesulitan mencapai ketinggian dan pelan-pelan merendah sebelum meledak.
Anggota tim penyelamat bekerja saat asap mengepul di letak jatuhnya pesawat Air India di Ahmedabad, India, 12 Juni 2025. (REUTERS/Amit Dave)
Namun, peluncuran lepas landas dengan sayap nan ditarik bakal memicu peringatan dari Sistem Peringatan Konfigurasi lepas landas Boeing 787-8, nan memperingatkan awak pesawat tentang konfigurasi nan tidak aman, menurut seorang pilot nan berbincang dengan BBC.
Chan mengatakan footage nan tersebar saat ini susah untuk menunjukkan apakah pesawat memang mengalami kesusahan untuk memperpanjang penutup sayapnya. Namun, dia mengatakan kejadian seperti itu sangat tidak biasa.
"Flap-flap tersebut diatur oleh pilot sendiri, sebelum lepas landas, dan ada beberapa daftar periksa dan prosedur untuk memverifikasi pengaturan tersebut," kata Tn. Chan. "Itu menunjukkan potensi kesalahan manusia jika flap tidak diatur dengan benar."
"Sirip sayap diatur sendiri oleh pilot sebelum lepas landas. Ada beberapa daftar pengecekan dan prosedur nan dilakukan untuk memverifikasi penyetelannya," kata Chan.
"Jika masalahnya pada penutup sayap, maka kejadian ini mengarah ke potensi kesalahan manusia (human error)," dia menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]