Warga As Mulai Susah Cari Kerja!

Sedang Trending 13 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Amerika Serikat (AS) menghadapi masalah di sektor ketenagakerjaan. Meski nomor Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belum meningkat drastis, tetapi penduduk AS makin susah mendapatkan pekerjaan.

Lesunya pasar tenaga kerja dipicu ketidakpastian ekonomi imbas kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump. Banyak perusahaan menahan diri dalam merekrut tenaga kerja baru imbas kondisi tersebut.

Dikutip dari CNN Business, Jumat (11/7/2025), info baru nan dirilis Kamis (10/7/2025) menunjukkan jumlah klaim awal tunjangan pengangguran menurun pekan lalu. Data ini menjadi parameter awal terjadinya PHK.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, jumlah klaim lanjutan dari para pencari kerja nan sudah menganggur meningkat dan mencapai level tertinggi sejak November 2021. Diperkirakan ada 227.000 aplikasi pertama untuk tunjangan pengangguran selama pekan nan berhujung 5 Juli, turun 5.000 dari minggu sebelumnya.

Padahal para ahli ekonomi nan disurvei FactSet memperkirakan jumlahnya justru naik jadi 238.000. Pasar tenaga kerja AS melambat secara signifikan dalam setahun terakhir, nan mana perlambatan ini bukan disebabkan oleh lonjakan PHK massal melainkan lantaran rendahnya rekrutmen.

Namun tren ini membikin para pengangguran butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan baru. Klaim lanjutan nan diajukan oleh mendekati level tertinggi dalam tiga separuh tahun. Jumlahnya naik 10.000 menjadi 1,96 juta alias menjadi nan tertinggi sejak 13 November 2021.

Menurut Heather Long, Kepala Ekonom Navy Federal Credit Union, pasar kerja saat ini nyaris kaku selain di sektor kesehatan, pendidikan, dan penegakan hukum. Pencari kerja muda kesulitan mendapatkan pekerjaan pertama, dan nan sudah di-PHK juga tidak mudah mendapat posisi baru lantaran perusahaan condong berhati-hati dalam situasi sekarang.

Pada Juni, tercatat ada 147.000 lapangan kerja baru, lebih tinggi dari perkiraan. Namun, sekitar 94% dari pertambahan itu hanya berasal dari sektor kesehatan dan pemerintah wilayah alias negara bagian.

Laporan nan sama juga menunjukkan bahwa rata-rata pengangguran sekarang memperkuat tanpa pekerjaan selama nyaris enam bulan. Persentase pekerja nan menganggur selama 27 pekan alias lebih naik menjadi 23,3%, mendekati rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir, menurut info dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Heather Long menegaskan bahwa semakin sigap ketidakpastian soal tarif mereda, maka semakin baik pula kesempatan pencari kerja untuk mendapat pekerjaan.

Meski info klaim mingguan bisa naik turun dan sering direvisi, laporan ini tetap jadi salah satu parameter krusial untuk memandang akibat nyata kebijakan Trump, termasuk tarif tinggi, pemangkasan anggaran, dan pembatasan imigrasi terhadap ekonomi AS saat ini.

(ily/hns)

Selengkapnya