Wagub Jakarta Rano Karno: Pancasila Bukan Sekedar Historis Dan Teks Normatif, Tapi Ideologis

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta Rano Karno mempimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni setiap tahunnya.

Lewat amanatnya, Wagub Jakarta Rano Karno menegaskan, memperingati momentum Hari Lahir Pancasila adalah sangat krusial dalam untuk mengingat sejarah panjang bangsa Indonesia.

"Hari lahirnya Pancasila, kita tidak hanya mengenang rumusan dasar negara, tetapi juga meneguhkan kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai luhur nan menjadi pondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Rano di Balai Kota Jakarta, Senin (2/6/2025).

Dia menegaskan, Pancasila bukan sekadar arsip historis alias teks normatif nan tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Pancasila, kata Rano Karno, adalah jiwa bangsa, pedoman hidup bersama, serta bintang penuntun dalam mewujudkan cita-cita Indonesia nan merdeka, bersatu, berdaulat, setara dan makmur.

"Dalam semangat memperkokoh ideologi Pancasila, izinkan saya membujuk kita semua merenungkan kembali bahwa Pancasila adalah rumah besar bagi keberagaman Indonesia. Ia mempersatukan lebih dari 270juta jiwa dengan latar belakang suku, agama, ras, budaya dan bahasa nan berbeda," terang Rano dalam amanatnya.

Dalam Pancasila, lanjut dia, masyarakat Indonesia belajar kebinekaan bukanlah argumen untuk terpecah, melainkan kekuatan untuk bersatu.

Menurut Rano Karno, dari sila pertama hingga sila kelima, terkandung prinsip nan menuntun dan membangun bangsa dengan semangat gotong-royong, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap martabat manusia.

Pasangan bakal Cagub-Cawagub Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno menggelar rapat perdana tim suksesnya nan dipimpin Ketua Timses Lies Hartono alias Cak Lontong di Posko Pemenangan Cemara, Jakarta Pusat.

Pria karib disapa Doel ini mengingatkan, dalam konteks pembangunan nasional saat ini, pemerintah telah menetapkan Asta Cita sebagai delapan agenda prioritas menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu nan paling esensial adalah memperkokoh ideologi Pancasila, kerakyatan dan kewenangan asasi manusia (HAM).

"Mengapa ini menjadi prioritas? Karena kita menyadari bahwa kemajuan tanpa arah ideologis bakal mudah goyah. Kemajuan ekonomi tanpa pondasi nilai-nilai Pancasila bisa melahirkan ketimpangan. Kemajuan teknologi tanpa pengarahan moral Pancasila bisa menjerumuskan bangsa pada dehumanisasi," wanti dia.

Maka dari itu, Rano mendorong kepada semua pihak untuk memperkokoh ideologi Pancasila dan menegaskan kembali bahwa pembangunan bangsa kudu selalu berakar pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Sebab, di era globalisasi dan digitalisasi nan semakin kompleks, tantangan terhadap Pancasila semakin nyata.

"Melalui Asta Cita, kita dipanggil untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam segala dimensi kehidupan: dari pendidikan, birokrasi, ekonomi, hingga ruang-ruang digital," dia menandasi.

Fokus Penguatan Pancasila

Berikut, empat bagian nan menjadi konsentrasi penguatan Pancasila, yaitu:

Pertama, dalam bumi pendidikan, kita perlu menanamkan Pancasila sejak dini, bukan sekadar dalam pelajaran formal, tetapi dalam praktik keseharian. Sekolah dan universitas kudu menjadi tempat lahirnya generasi nan pandai secara intelektual, handal secara karakter dan kuat dalam integritas moral.

Kedua, di lingkungan pemerintahan dan birokrasi, nilai-nilai Pancasila kudu datang dalam corak pelayanan publik nan berkeadilan, transparan dan berpihak pada rakyat. Setiap kebijakan dan program kudu mencerminkan semangat kemanusiaan dan keadilan sosial, bukan kepentingan golongan alias golongan.

Ketiga, dalam bagian ekonomi, kita perlu memastikan bahwa pembangunan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi menjadi berkah bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial, sebagaimana termaktub dalam sila kelima, kudu menjadi orientasi utama. Usaha mikro, mini dan menengah (UMKM), ekonomi kerakyatan dan koperasi kudu terus diberdayakan agar tidak ada penduduk nan tertinggal dalam kemajuan bangsa.

Keempat, dalam ruang digital, kita kudu membangun kesadaran kolektif bahwa bumi maya bukan ruang bebas nilai. Etika, toleransi dan saling menghargai tetap kudu ditegakkan. Pancasila kudu menjadi pedoman dalam berinteraksi di media sosial maupun platform digital lainnya. Perangi hoaks, ujaran kebencian dan provokasi, dengan literasi digital dan semangat gotong-royong.

Selengkapnya