ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Ujung landasan pacu atau runway airport perintis di Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), amblas sehingga berisiko membahayakan keselamatan penerbangan.
Kepala Desa Binuang, Kalvin Daud Ipid, mengatakan selain rawan bagi keselamatan penerbangan kondisi kerusakan ujung runway airport itu juga rawan bagi penduduk sekitar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah usulkan perawatan, revitalisasi landasan, dan penanganan longsor ke Dinas Perhubungan Kabupaten Nunukan beberapa minggu lalu," ujar Kalvin seperti , Jumat (30/5) malam seperti dikutip dari detikKalimantan.
Menurut Kalvin, Dinas Perhubungan Kabupaten Nunukan telah memberikan biaya untuk pembersihan airport nan dilakukan masyarakat. Namun, sambungnya, pihak desa tidak mempunyai kewenangan mengelola biaya perbaikan tersebut. Pasalnya, Bandara Binuang berada di bawah Kementerian Perhubungan RI.
"Sejak serah terima airport ke Pemda Nunukan pada 2024, kondisi kanan-kiri runway, apron, dan parit dipenuhi rumput. Aspal di bagian utara juga terkelupas dan bergelombang akibat roda pesawat serta longsor lantaran abrasi," katanya.
Kondisi semakin kritis lantaran akses darat dari Binuang ke Malinau, Long Bawan, dan Long Layu terputus akibat longsor dan kerusakan jalan. Dia bilang, Bandara Binuang menjadi satu-satunya jalur masuk untuk pasokan sembako dan kebutuhan masyarakat.
"Jika landasan airport tidak segera diperbaiki, pesawat MAF tidak bakal bisa mendarat. Suplai bahan pokok terhenti, perekonomian lumpuh, dan aktivitas masyarakat seperti penanganan pasien sakit bakal terhambat," kata Kalvin.
Sejauh ini belum pernyataan resmi dari Dishub Nunukan terkait rencana kerusakan ujung runway airport perintis tersebut.
Sementara itu, dalam suratnya, Yayasan Mission Aviation Fellowship (MAF) Indonesia mendesak perbaikan lantaran kondisi ini bukan hanya membahayakan keselamatan penerbangan, tetapi juga penduduk sekitar.
Director of Operations MAF Indonesia Lance Kanagy dalam suratnya tanggal 23 Mei 2025 menjelaskan bagian utara landasan sepanjang 100 meter mengalami retak dan amblas.
"Pesawat kami telah terjebak dua kali di ujung utara landasan, sehingga muatan dan pesawat kudu di sorong keluar," tulis Lance.
Baca buletin lengkapnya di sini.
(tim/kid)
[Gambas:Video CNN]