ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Banyak orang nan bekerja keras dari pagi sampai malam selama bertahun-tahun, tetapi tidak bisa mengumpulkan duit miliaran rupiah. Siapa sangka, seorang tukang becak bisa mempunyai duit Rp 50 miliar dalam satu malam.
Kisah bak dongeng ini dialami Sayat pada tahun 1990. Kala itu, Sayat usil membeli kupon undian dengan angan bisa mengubah nasib dan membahagiakan keluarga.
Sebagai informasi, pemerintah memang secara resmi menyelenggarakan program kupon undian Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB) sejak 1989.
Rakyat bisa membeli kupon mulai dari nilai Rp 1.000 sampai puluhan ribu. Uang undian nan terkumpul digunakan pemerintah untuk modal pembangunan.
Sebagai timbal balik, pemerintah memberikan bingkisan miliaran rupiah nan ditentukan berasas kocokan kupon pembelian. Tentu, dengan kesempatan menang sangat kecil.
Sayat memandang kupon ini sebagai langkah melepas jeratan kemiskinan. Hampir setiap minggu dia membeli kupon undian dengan angan mendapat Rp1 miliar.
Sayang, tak pernah sekalipun kupon nan dia beli sesuai dengan kocokan pemerintah. Sampai akhirnya, keajaiban terjadi pada Rabu, 9 Mei 1990. Tepat pukul 23.30, Sayat memutar radio nan bisa mengumumkan pemenang SDSB.
Ia pun mendengar secara seksama ucapan penyiar nan menyebut nomor pemenang kupon undian.
"Delapan, empat, sembilan, tiga, tujuh.... dan terakhir sembilan!," ungkap si penyiar, dikutip dari harian Waspada (17 Mei 1990).
Saat penyiar mengucapkan nomor terakhir, Sayat langsung terperanjat. Ternyata, seluruh nomor cocok dengan kupon nan dia punya. Artinya, Sayat sah mendapat Rp1 miliar dari pemerintah.
"Lelaki renta dan keriput ini keluar rumah nan berdinding bambu untuk sujud mencium tanah halamannya," tulis pewarta harian Waspada. Tangis sang istri pun pecah. Apa nan selama ini menjadi mimpi, betul-betul terwujud di tengah malam.
Keesokan harinya, Sayat melaporkan kemenangan ke pihak terkait. Setelahnya, seisi kota Magelang pun gempar karena ada tukang becak mendadak jadi miliarder.
Pada tahun 1990, duit Rp1 miliar sangat besar. Harga rumah di area elit Pondok Indah, Jakarta, saja mencapai Rp80 juta per unit. Artinya, dengan duit Rp1 miliar, Sayat bisa membeli 12 unit rumah di Pondok Indah.
Lalu, nilai emas pada 1990 hanya Rp20 ribu per gram. Dengan duit Rp1 miliar, Sayat bisa memborong 50 Kg emas. Berarti jika dikonversikan melalui penyetaraan nilai emas (1 gram: Rp1 juta), diketahui duit Rp1 miliar setara Rp50 miliar pada masa sekarang.
Uang miliaran bakal diserahkan langsung oleh Menteri Politik, Hukum, dan HAM, Sudomo, di Jakarta. Untung, Sayat sadar bakal investasi dan memilih tak menghambur-hamburkan uang.
Kepada Waspada, dia mengatakan bakal menggunakan separuh dari duit itu untuk ditaruh di deposito. Sedangkan sisanya, bakal dipakai beli rumah dan modal hidup anak-anaknya.
Ia juga mengatakan tidak bakal lagi mengikuti SDSB. Toh, dia sudah jadi miliarder. Alhasil, dia memilih untuk konsentrasi ibadah, bangun masjid, dan mengasuh anak-cucu hingga ajal menjemput.
Meski begitu, kisah Sayat tak lagi relevan di masa sekarang. Sebab, SDSB tak ada bedanya dengan pertaruhan nan terlarangan di Indonesia saat ini.
Pemerintah secara resmi memberhentikan program SDSB diberhentikan 1993. Artinya, kisah keberuntungan seperti Sayat hanya menjadi bagian dari masa lalu. Jika sekarang mau kaya, caranya adalah bekerja, mengatur finansial nan baik, menabung, hingga berinvestasi.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: