ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak jadi memecat Chairman Federal Reserve Jerome Powell.
Sebelumnya, pada hari Senin (21/4/2025) lalu, saham, obligasi dan dolar AS merosot setelah Trump selama liburan Paskah berulang kali menyerang Powell lantaran tidak mau memangkas suku bunga. Namun kondisi berubah setelah pernyataan baru Trump.
"Saya tidak beriktikad memecatnya," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, dikutip dari Reuters, Rabu (23/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau melihatnya sedikit lebih aktif untuk menurunkan suku bunga," tambahnya.
Meredanya bentrok mereka langsung mendapat sentimen positif dari Wall Street, lantaran indeks saham berjangka melonjak nyaris 2% pada dimulainya kembali perdagangan pada Selasa malam.
Dalam sesi tanya jawab nan sama dengan wartawan, Trump juga menyatakan optimismenya bahwa kesepakatan jual beli dengan China dapat memangkas tarif secara substansial, nan juga memberikan dorongan bagi para investor.
Menurutnya, kesepakatan tersebut bakal menghasilkan tarif nan secara substansial lebih rendah atas barang-barang China. Hal ini menjadi sinyal bahwa kesepakatan akhir tidak bakal mendekati tarif saat ini, namun juga tidak bakal nol.
Kombinasi dari penerapan tarif Trump nan tidak mulus dan sindirannya nan berkali-kali terhadap Powell dan The Fed telah mengguncang para penanammodal dan mengintensifkan penjualan aset-aset AS termasuk saham, obligasi pemerintah AS, dan dolar.
Serangan Trump sering kali disertai dengan pernyataan nan mengancam, seperti unggahan media sosial minggu lampau bahwa pemecatan Powell sebagai ketua The Fed tidak bakal dilakukan dalam waktu cukup sigap dan sindiran nan lebih personal, seperti menyebut Powell sebagai pecundang besar.
Ancaman tersebut membikin pasar finansial cemas lantaran menganggap independensi Fed sangat krusial untuk mendukung kredibilitasnya sebagai bank sentral paling berpengaruh di bumi dan landasan stabilitas finansial global.
Namun, meskipun Trump tampaknya telah mengesampingkan ancaman tersebut untuk saat ini, kritiknya terhadap kebijakan suku kembang Fed tetap sama tajamnya.
"Kami pikir ini saat nan tepat untuk menurunkan suku bunga, dan kami mau memandang ketua kami datang lebih awal alias tepat waktu, bukannya terlambat," kata Trump.
Sementara itu, rasa jengkel Trump terhadap Powell bermulai dari masa kedudukan pertama Republikan itu di Gedung Putih. Trump mengangkat Powell dari personil Dewan Gubernur Fed menjadi kepala bank sentral, namun tidak lama setelahnya merasa jengkel dengan kenaikan suku kembang nan terus.
Pada kala itu, Trump secara terbuka mempertimbangkan untuk memecat Powell, tetapi akhirnya dibujuk oleh para penasihatnya. Tidak jelas apakah Trump mempunyai wewenang.
Powell sendiri bersikeras bahwa Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913 nan menciptakan bank sentral tidak bakal mengizinkannya. Sementara itu, Trump telah mengatakan bahwa jika dia mau Powell keluar, dia bakal pergi dengan sangat cepat.
The Fed menurunkan suku kembang sebesar satu poin persentase akhir tahun lampau ke kisaran saat ini 4,25% hingga 4,50%, tetapi tidak mengubahnya dalam dua pertemuan kebijakan nan diadakan sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Pertemuan penetapan suku kembang The Fed berikutnya bakal diadakan dalam dua minggu.
Para kreator kebijakan The Fed juga cemas bahwa tarif garang nan diluncurkan oleh Trump sejak awal Februari dapat memicu kembali inflasi, nan sebelumnya mereka anggap lebih susah dari nan diharapkan, untuk kembali ke sasaran 2%.
(shc/kil)