Trump Pangkas Tarif Jadi 19%, Bos Pengusaha Ungkap Dampak Ke Ekspor Ri

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengapresiasi capaian kesepakatan tarif timbal kembali Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk impor Indonesia dari 32% hanya menjadi 19%.

Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani memandang kesepakatan ini merupakan hasil negosiasi nan jauh lebih baik dibandingkan proposal tarif awal nan diberikan Trump dan mungkin saja tetap ada ruang untuk bisa bermusyawarah menjadi lebih rendah lagi.

Selain itu jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan pembaruan tarif saat ini posisi Indonesia menjadi relatif lebih kompetitif. Tarif Indonesia saat ini tetap lebih rendah dibandingkan posisi Thailand (36%), Laos (40%), Malaysia (25%), dan Vietnam (20%, dengan ketentuan tambahan untuk transshipment).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap mempunyai ruang untuk menjaga daya saing ekspornya, terutama pada produk ekspor kita seperti tekstil, dasar kaki, furniture, hingga perikanan nan mempunyai ketergantungan cukup tinggi terhadap pasar Amerika Serikat," kata Shinta dalam keterangan resminya, Jumat (18/7/2025).

Meski demikian, sejumlah negara pesaing di area saat ini tetap dalam proses negosiasi dengan pemerintah AS. Karena itu, APINDO menilai perlu terus mencermati secara saksama posisi akhir pesaing nan bisa saja mengubah konstelasi persaingan area dalam waktu dekat.

Shinta menambahkan, dalam kesepakatan ini, Indonesia juga sudah berkomitmen untuk meningkatkan impor sejumlah produk strategis dari AS. Di mana sejumlah komoditas ini memang adalah produk dan komoditas nan dibutuhkan bagi industri dalam negeri.

"Seperti nan sudah APINDO rekomendasikan sebelumnya kepada pemerintah ialah mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil. Langkah ini dirancang sebagai reciprocal arrangement nan menjawab kekhawatiran AS soal defisit perdagangan," jelasnya.

Di sisi lain, APINDO memandang untuk penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk AS, secara umum sebagian besar produk tersebut saat ini memang sudah mempunyai tarif rendah ialah 0-5%. Namun pihaknya bakal tetap memandang dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi nan ada.

Lebih lanjut Shinta mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat bakal mengkonsolidasikan para pelaku upaya ekspor di lapangan nan terdampak untuk melakukan review sektoral terhadap akibat pembaruan kebijakan tarif ini.

Bersambung ke laman berikutnya. Langsung klik

APINDO juga tengah menyiapkan beragam usulan mitigasi kepada pemerintah untuk memastikan transisi dan penyesuaian industri melangkah efektif, termasuk mendorong peningkatan ekspor ke pasar non-tradisional serta percepatan agenda deregulasi nasional.

"Kami juga terus berkomunikasi dengan pemerintah nan saat ini tetap merampungkan perincian teknis dari kesepakatan tersebut. Sebagaimana diketahui, proses negosiasi dengan Pemerintah AS, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Trump, menuntut kewaspadaan tinggi lantaran kebijakan dapat berubah secara sigap dan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik domestik AS," terang Shinta.

APINDO juga menegaskan bahwa kemajuan diplomasi kudu diiringi dengan pembenahan menyeluruh di dalam negeri. Daya saing ekspor Indonesia tidak hanya berjuntai pada tarif, tetapi juga pada kepastian dan kemudahan berusaha, efisiensi logistik dan energi, serta kualitas izin dan prasarana nan menopang sektor industri.

Reformasi struktural, khususnya bagi industri padat karya, menjadi sangat krusial untuk memastikan ketahanan upaya dan pembuatan lapangan kerja di tengah tekanan dunia nan terus berlangsung.

"Bagi kami, keberhasilan Indonesia dalam menavigasi tekanan tarif AS dan memanfaatkan kesempatan IEU-CEPA bakal sangat berjuntai pada kerjasama lintas sektor. Dan dalam semangat Indonesia Incorporated, APINDO berkomitmen mendampingi pelaku upaya agar tidak hanya siap secara administratif, tetapi juga siap secara kompetitif untuk menghadapi tantangan dan pasar dunia nan semakin dinamis," pungkas Shinta.

Selengkapnya