Trump Effect Bikin Ihsg Ambrol 1% Lebih

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merana hingga ambles lebih dari 1% pada akhir perdagangan Senin (3/2/2025), terbebani oleh sentimen penerapan kebijakan tarif impor di Amerika Serikat (AS) untuk produk-produk dari China, Kanada, dan Meksiko.

IHSG ditutup ambles 1,11% ke posisi 7.030,06. IHSG sempat ambruk hingga lebih dari 2% dan terkoreksi ke level psikologis 6.900. Namun pada akhir perdagangan, IHSG condong memangkas koreksinya meski tetap merosot lebih dari 1%.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 15 miliar saham nan beranjak tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 168 saham menguat, 461 saham melemah, dan 174 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor kesehatan, bahan baku, dan properti menjadi penekan terbesar IHSG masing-masing mencapai 2,68%, 1,76%, dan 1,75%.

IHSG merana hingga ambruk lebih dari 1%, di tengah berita kurang menggembirakan dari AS, di mana Presiden AS Donald Trump akhirnya menerapkan kenaikan tarif impor nan telah lama direncanakannya atas barang-barang dari Kanada, Meksiko, dan China. Tarif tersebut diharapkan mulai bertindak pada Selasa besok.

Pada Sabtu lalu, Trump menandatangani perintah nan mengenakan tarif sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada, serta bea masuk sebesar 10% atas produk China.

Menanggapi perihal ini, pemerintah China mengecam pengenaan tarif bea masuk tambahan sebesar 10% atas peralatan ekspornya. Kendati dikenakan tarif nan lebih tinggi, China tetap membuka pintu untuk perundingan dengan AS.

Selain China, Kanada dan Meksiko juga menanggapi tindakan Trump nan telah menandatangani pengenaan tarif impor dari ketiga negara tersebut.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya bakal membalas tarif baru Trump dengan mengenakan tarif sebesar 25% pada barang-barang AS mulai dari minuman hingga peralatan.

Adapun, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum telah memerintahkan tarif pembalasan. Dalam posting nan panjang di X, Sheinbaum mengatakan pemerintahnya menginginkan perbincangan daripada konfrontasi dengan tetangganya ini, tetapi Meksiko terpaksa menanggapi dengan langkah nan sama.

Penerapan tarif ini membikin potensi perang jual beli kembali mencuat. Bahkan, potensinya lebih besar daripada era pemerintahan Trump pertama pada 2017-2021 silam.

Jika potensi perang jual beli semakin besar, maka gejolak pasar finansial dunia bakal kembali terjadi dan perihal ini tentunya bakal mempengaruhi pergerakan pasar finansial RI, termasuk IHSG.

Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia kembali mengalami deflasi pada Januari 2025, setelah sempat mengalami inflasi sejak Oktober hingga Desember 2024.

Deflasi pada Januari 2025 juga menjadi nan pertama kalinya di 2025, sejak terakhir deflasi pada September 2024.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan golongan penyumbang deflasi golongan perumahan air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 9,16% memberikan andil 1,44% komoditas tarif listrik andilnya 1,47%.

"Komoditas tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi Januari 2025," kata Amalia.

Adapun, laju inflasi ini bertolak belakang dengan konsensus pasar nan dihimpun detikai.com dari 12 lembaga memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) diproyeksi bakal naik alias mengalami inflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,30% pada Januari 2025.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi diproyeksi bakal menembus 1,85%. Konsensus detikai.com juga memperkirakan inflasi inti pada Januari 2025 bakal berada di 2,27% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Saham Konglomerat Banyak Diburu, Hati-Hati Rawan Longsor!

Next Article Asing Masih Kabur dari RI, IHSG Ambles 1% Lebih di Sesi I

Selengkapnya