Timing Tepat, Bos Perusahaan As Kompak Jual Saham Jelang Tarif Trump

Sedang Trending 10 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Ternyata para pelaksana dari sejumlah perusahaan terbesar di Amerika menjual saham senilai miliaran dolar, tepat sebelum pengumuman tarif Trump beredar di pasar. Transaksi itu terjadi selama kuartal pertama tahun 2025, saat ketegangan meningkat seputar langkah ekonomi Gedung Putih berikutnya.

Melansir Mitrade, nama-nama seperti Mark Zuckerberg, Safra Catz, dan Jamie Dimon semuanya menjual saham dalam jumlah besar saat harganya tetap tinggi. Pada saat Trump memberlakukan tarif baru pada tanggal 2 April, saham teknologi sudah mulai merugi. Setiap orang nan menjual pada saat itu sukses "menghindari peluru", dan waktunya sangat tepat.

Zuckerberg menjual 1,1 juta saham Meta melalui Chan Zuckerberg Initiative miliknya dan lembaga nirlaba nan mengenai dengannya. Penjualan tersebut menghasilkan US$733 juta sebelum saham Meta ambruk 32%. Transaksi terjadi pada bulan Januari dan Februari, saat saham tetap di atas US$600. Pada tanggal 14 Februari, Meta mencapai titik tertinggi lebih dari US$736, hari nan sama ketika kekayaan bersih Zuckerberg mencapai puncaknya di nomor US$259 miliar. Berdasarkan hitungan terakhir, kekayaannya turun menjadi US$178 miliar, tetap menduduki ranking ketiga di bumi di belakang Elon Musk dan Jeff Bezos.

Catz juga tidak menunggu lama. CEO Oracle tersebut menjual 3,8 juta saham pada bulan Januari, senilai total US$705 juta. Saat itu, saham Oracle diperdagangkan di atas US$180, tetapi sejak itu terkoreksi lebih dari 30%. Kekayaan bersihnya mencapai sebesar US$2,4 miliar untuk pertama kalinya, nan mana sebagian besar berasal dari penjualan ini tersebut sisa kepemilikannya.

Pengajuan publik menunjukkan transaksi tersebut mengikuti rencana 10b5-1, nan biasanya Catz gunakan saat opsinya bakal kedaluwarsa. Untuk diketahui, rencana 10b5-1 adalah perjanjian tertulis antara orang dalam perusahaan dan perusahaan agen nan mana orang dalam tersebut merinci jumlah saham perusahaan nan bakal dijual pada nilai tertentu alias pada waktu tertentu. Rencana semacam itu biasanya berjalan antara enam dan 18 bulan.

Selanjutnya Jamie Dimon, bos JPMorgan, menarik US$234 juta dari pasar pada kuartal I-2025. Transaksi besar pertamanya terjadi pada tanggal 20 Februari, tepat setelah saham bank mencapai titik tertinggi pada tahun 2025. Bloomberg mencatat dia mempunyai kekayaan bersih sebesar US$3 miliar, dan penjualannya tidak berakhir di Q1. Pada tanggal 14 April, dia menjual 133.639 saham lagi senilai US$31,5 juta, sehingga totalnya tahun ini menjadi lebih dari US$265 juta.

Pemerintah Trump mengisyaratkan bakal menetapkan tarif besar-besaran menjelang pengumuman 2 April, hari nan dia sebut sebagai "Hari Pembebasan." Ancaman itu mengguncang para investor. Pada saat pengumuman itu dirilis, miliaran dolar telah lenyap dari pasar global. Dunia teknologi merasakan dampaknya nan paling parah. Elon Musk dilaporkan kehilangan US$129 miliar tahun ini lantaran saham nan mengenai dengan ponsel, chip, dan perangkat lunak terus merosot. Beberapa miliarder sudah membeli saat nilai sedang turun, tetapi banyak juga nan sudah keluar.

Washington Service melacak total 3.867 orang nan menjual saham pada kuartal I-2025, dengan total US$15,5 miliar. Jumlah itu lebih rendah dari kuartal I-2024, ketika 4.702 orang menjual saham senilai US$28,1 miliar. Di antaranya, penjual dengan nilai terbesar adalah Bezos, nan melego saham Amazon senilai US$8,5 miliar pada bulan Februari.

Nikesh Arora, CEO Palo Alto Networks, menjual 2,36 juta saham senilai lebih dari US$432 juta. Ia telah menggunakan opsi saham di awal setiap bulan berasas rencana 10b5-1 sejak Maret 2024, dan laporan menunjukkan dia terus menjual hingga April. Total pendapatannya tahun ini sekarang lebih dari US$565 juta, dengan biaya penyelenggaraan lebih dari US$100 juta.

Max de Groen, personil majelis Nutanix dari Bain Capital, menjual 5,5 juta saham senilai US$409 juta. Bain mengonversi nota pada musim panas lampau nan memberi mereka 16,9 juta saham. Saham Nutanix naik lebih dari 56% antara konversi nota dan penjualan pada tanggal 4 Maret. Sejak saat itu, saham turun 20%.

Chuck Davis, salah satu CEO Stone Point Capital, duduk di jejeran dewan Axis Capital Holdings, sebuah perusahaan asuransi di Bermuda. Axis membeli kembali sahamnya sendiri senilai US$400 juta pada bulan Februari dan Maret dari sebuah perusahaan investasi nan dikelola oleh Stone Point. Nama Davis dikaitkan dengan 4,37 juta saham nan dijual dengan nilai nyaris US$400 juta.

Penjualan saham terus bersambung di sektor teknologi, perbankan, dan perawatan kesehatan

Stephen Cohen, presiden Palantir, keluar dengan US$337 juta di Q1. Sahamnya dijual berasas rencana 10b5-1, bagian dari gelombang nan lebih besar. Orang dalam Palantir menjual US$4 miliar tahun lalu, dan 2025 dimulai dengan awal nan sama. Saham perusahaan perangkat lunak itu tetap naik 24% tahun ini. Kekayaan pribadi Cohen sekarang mencapai US$3,3 miliar, sebagian besar mengenai dengan opsi Palantir.

Eric Lefkofsky, CEO Tempus AI, menjual 4,05 juta saham senilai US$231 juta. Tempus melantai di bursa pada bulan Juni, dan sahamnya telah naik lebih dari 9% sejak saat itu. Seorang perwakilan dari perusahaan mengatakan sebagian dari penjualan tersebut menutupi biaya IPO. Lefkofsky mempunyai rencana 10b5-1 nan memungkinkannya menjual 1% sahamnya di setiap kuartal.

Ted Sarandos, salah satu CEO Netflix, menjual 199.063 saham dengan nilai nyaris US$195 juta pada tanggal 30 Januari. Ia menggunakan US$21 juta untuk menggunakan opsi tersebut, nan bakal berhujung antara tahun 2026 dan 2032. Ia telah menyiapkan rencana 10b5-1 pada bulan Oktober.

Travis Boersma, salah satu pendiri Dutch Bros, menjual 2,5 juta saham dengan nilai US$189 juta pada bulan Februari. Saham tersebut disimpan dalam corak perwalian nan berada di bawah kendalinya. Ia meluncurkan merek kopi Oregon berbareng mendiang saudaranya pada tahun 1992. Ia dulunya adalah seorang petani susu, dan menjadi miliarder pada tahun 2021 ketika perusahaan tersebut melantai di bursa.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ini Penyebab Pasar Saham RI Boncos Rp1.279 T Dalam Sebulan

Selengkapnya