Tanda Kehancuran Elon Musk Makin Terlihat, Ini Bukti Terbaru

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Miliarder Elon Musk mendapat untung besar gara-gara mendukung kampanye Presiden AS Donald Trump. Saat ini, dia mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) dan mempunyai kekuasaan untuk merombak struktur pemerintahan agar lebih ramping.

Ia juga memasukkan orang-orang dekatnya ke Gedung Putih, serta mengganti orang-orang lama. Tak hanya itu, DOGE juga sukses meminta akses info sensitif negara, termasuk info pribadi jutaan masyarakat AS.

Kendati demikian, tanda kehancuran Musk tampak lewat tekanan berkali-kali pada platform X miliknya. Platform tersebut menjadi salah satu tool krusial dalam memenangkan Trump.

Pekan lalu, kejaksaan Prancis mengatakan pihaknya membuka penyelidikan terhadap X atas dugaan bias algoritma. Hal ini diumumkan hanya beberapa hari sebelum AI Summit di Paris nan mengundang beberapa pemimpin negara bumi seperti Wakil Presiden AS JD Vance dan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Para pelaksana Google, Microsoft, dan raksasa teknologi lainnya juga dijadwalkan datang dalam arena besar di industri teknologi tersebut.

Kantor kejaksaan di Paris mengatakan investigasi terhadap X dilakukan setelah menerima laporan dari regulator pada Januari lalu. Otoritas menilai bias algoritma pada X telah mendistorsi pengoperasian sistem pemrosesan info otomatis.

X tidak merespons permintaan komentar.

Investigasi di Prancis menandai daftar panjang kekhawatiran dunia terhadap kekuatan X. Secara pribadi, Musk telah menggunakan X untuk mendukung partai-partai sayap kanan dan gerakan-gerakan di beragam negara termasuk Jerman dan Inggris, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kombinasi tangan asing nan tidak semestinya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan Jerman menyatakan bakal mengambil tindakan keras kepada platform X milik Elon Musk. Mereka menyebut perkembangan di platform media sosial itu makin tak karuan.

Musk dituduh mencampuri urusan politik Eropa, dengan intervensinya sejak September 2024, termasuk seruan agar Perdana Menteri Inggris Keir Starmer diganti.

Musk juga melabeli Kanselir Jerman Olaf Scholz sebagai "orang tolol nan tidak kompeten" dan mendesak pemungutan bunyi pengganti untuk Jerman nan bergolongan sayap kanan.

Anggota parlemen Perancis nan berpatokan tengah, Eric Bothorel, mengatakan bahwa dia telah menulis surat kepada unit kejahatan siber J3 di instansi kejaksaan Paris dengan kekhawatirannya bahwa X menggunakan algoritma nan bias, menurut laporan Franceinfo.

"Jaksa dan asisten unik dari unit kejahatan siber dunia sedang menganalisisnya dan melakukan pemeriksaan teknis awal," kata instansi kejaksaan Paris melalui email kepada Reuters.

"Saya mengirim surat ke instansi kejaksaan siber J3 mengenai perihal ini pada 12 Januari," tulis Bothorel di X.

Sebagai informasi, Unit J3 dari instansi kejaksaan Paris tahun lampau memimpin penyelidikan terhadap bos Telegram Pavel Durov, nan ditangkap setelah mendarat di airport Paris.

Durov, nan dibebaskan dengan jaminan, membantah klaim tersebut, namun Telegram mengatakan pihaknya bekerja sama lebih erat dengan polisi untuk menghapus konten ilegal.

Unit J3 telah menunjukkan kesediaan untuk menggunakan undang-undang baru dan garang untuk menargetkan pemilik platform besar.

Sebelumnya, X diblokir selama lebih dari sebulan di Brasil pada 2024 lantaran kandas menghentikan penyebaran info nan salah, sebelum akhirnya mematuhi perintah Mahkamah Agung nan mengizinkan jaringan tersebut dibangun kembali.

Pengguna Ramai Tinggalkan X

Pasca kemenangan Trump, X juga mengalami penurunan drastis pada pedoman pengguna aktifnya. Similarweb mengatakan 115.000 visitor web berbasis AS menonaktifkan akun X mereka pada 6 November 2024 lalu. Ini merupakan nomor penurunan terbesar dalam satu hari sejak Elon Musk mengambil alih platform tersebut pada Oktober 2022.

Banyak nan memilih beranjak ke jasa pesaing X seperti Bluesky, Mastodon, hingga Threads. BlueSky merupakan aplikasi nan mempunyai kaitan dengan pendiri Twitter, Jack Dorsey. Sementara Threads adalah aplikasi milik raksasa teknologi Meta, nan dari segi tampilan mirip dengan X.

Dalam sebuah laporan, Bluesky memperkecil ketertinggalan dari Threads. Mashable menyebut BlueSky menambah 3,5 juta pengguna aktif harian beberapa dalam masa pemilu AS.

Jumlah itu memperkecil ketertinggalan BlueSky menjadi hanya 1,5 kali lipat dari Threads. Basis pengguna BlueSky mengalami peningkatan signifikan selama pemilu Amerika Serikat (AS) 5 November 2024 lalu. Data Similarweb nan dikutip Financial Times menyebut peningkatan sejak saat itu mencapai 300%.

Sementara itu, Mastodon mengatakan bahwa unduhan aplikasi resminya naik 47% di iOS. Sementara di Android naik 17%. Dengan demikian total pendaftaran bulanan naik sekitar 27% menjadi 90.000, dalam periode pemilu AS.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gagal Uji Coba Ketujuh, Roket SpaceX Starship Elon Musk Meledak

Next Article Aplikasi Pengganti X Makin Ramai, Ini Alasan Orang Pindah

Selengkapnya