Sentimen Anti-china Meningkat Di Eropa Tengah, Ada Apa?

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Sentimen terhadap China di negara-negara Eropa Tengah, ialah Republik Ceko, Hongaria, Polandia, dan Slowakia, nan kerap disebut sebagai Kelompok Visegrad, telah berkembang negatif, terlepas dari perubahan dalam hubungan ekonomi dan politiknya dengan Beijing.

Negara-negara ini membentuk aliansi informal tetapi kuat nan diidentifikasi sebagai Grup Visegrád alias V4.

China telah mengambil beragam langkah termasuk investasi dan menetapkan narasi di media sosial untuk mendapatkan injakan di negara-negara ini. Namun situasinya tetap tidak menguntungkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut penelitian terbaru dari Pew Research Center, sekitar 71 persen penduduk Polandia menunjukkan sikap tidak baik terhadap China. Pertukaran ekonomi berkembang dan perusahaan China berinvestasi di Polandia, namun, ada penurunan kepercayaan terhadap China di Polandia, kata analis Konrad Rajca.

"Pecahnya perang di Ukraina berakibat pada meningkatnya persepsi negatif dan kepercayaan terhadap politik China di Polandia. Hubungan Polandia-Amerika nan selama ini erat juga berkedudukan besar, nan juga memengaruhi pendekatan kelas politik dan upaya Polandia terhadap kerja sama dengan Tiongkok," katanya, sebagaimana dilansir European Times.

Posisi ambigu nan diambil oleh Beijing dalam bentrok geopolitik telah menyebabkan para pemimpin untuk mengkalibrasi ulang kebijakan luar negeri Polandia terhadap Beijing, kata analis China nan berbasis di Warsawa, Joanna Nawrotkiewicz.

"China tidak lagi dipandang hanya sebagai mitra ekonomi; mereka juga diakui sebagai pesaing sistemik nan terus berkembang. Lebih jauh lagi, sebagian besar persepsi publik tentang China telah bergeser ke arah negatif," imbuhnya.

Menurut survei nan dilakukan oleh Institut Studi Asia Eropa Tengah (CEIAS) pada 2025, orang Ceko mempunyai pandangan paling negatif terhadap China di antara negara-negara Visegrád.

"China secara umum dipandang negatif di seluruh kawasan, dengan Republik Ceko mencatat proporsi pandangan negatif tertinggi-59 persen responden menyatakan pendapat negatif terhadap kekuatan Asia tersebut," ungkap laporan tersebut.

Survei lain oleh penelitian STEM menemukan China berada di antara tiga negara teratas nan dibenci oleh penduduk Ceko. Warga Praha, Vojta Rod menyalahkan kebijakan China mengenai Taiwan dan Tibet nan menyebabkan rakyat Ceko berbalik melawan negara komunis itu.

"Secara umum, kita mempunyai masalah nan cukup besar dengan rezim nan tidak demokratis dan pelanggaran kewenangan asasi manusia. China mengalami keduanya. Saya bangga tinggal di negara nan menjunjung tinggi prinsip dan membantu nan lemah," kata Rod.

Perasaan negatif terhadap China di antara negara-negara Eropa Tengah ini memburuk setelah salah urus Covid-19 oleh Beijing.

Di Hungaria, lebih dari separuh penduduknya mempunyai opini negatif meskipun jumlah masyarakat nan menilai China tidak menguntungkan telah meningkat secara bertahap. Bahkan setelah Presiden China Xi Jinping mengunjungi Hungaria pada tahun 2024, sentimen tentang China tetap tidak berubah. Survei Pew Research Center sebulan kemudian menguatkannya.

Isu-isu seperti investasi dan utang China, proyek jalur kereta api nan didanai Tiongkok, dan kampus Universitas Fudan di Budapest menimbulkan kekhawatiran.

"Sebelum malam tiba dan akibat penuh dari Kuda Troya ekonomi China dirasakan, Barat kudu mengevaluasi dan mengukur ancaman nan mungkin ditimbulkan hubungan China-Hungaria terhadap benua Eropa," kata François Venne, peneliti hubungan internasional di Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA).

Di Slovakia, sekitar 42 persen orang tampaknya mempunyai pandangan negatif terhadap China sementara mereka nan beranggapan positif hanya 28 persen, menurut CEIAS.

"Mengenai China, sentimen paling negatif nan dirasakan penduduk Slowakia adalah mengenai akibat China terhadap lingkungan global, diikuti oleh kekuatan militer China dan dampaknya terhadap kerakyatan di negara lain," katanya.

"Pemerintah Slovakia, pelaku bisnis, lembaga, dan masyarakat umum kudu menyadari akibat nan ada dalam kerja sama dengan China."

Zdeněk Rod, peneliti dan CEO Pusat Konsultasi Keamanan nan berpusat di Praha, mengatakan persepsi publik terhadap Tiongkok di Slovakia negatif apalagi beberapa mendukung investasi China di negara tersebut.

"Jika kita cermati persepsi orang Slovakia terhadap China, kita bakal menemukan bahwa persepsi tersebut condong negatif. Sebanyak 70 persen responden di Slovakia memandang Tiongkok secara negatif. Di Slovakia, persepsi tentang Tiongkok juga memburuk setelah pandemi Covid-19.

Łukasz Kobierski, Presiden lembaga ahli filsafat Instytut Nowej Europy nan berpusat di Warsawa, mengatakan tumbuhnya pandangan nan tidak menguntungkan terhadap China bukanlah sesuatu nan mengejutkan.

Penanganan Covid-19 nan buruk, penindasan hak-hak kerakyatan di Hong Kong, dan pelanggaran kewenangan asasi manusia di Xinjiang dan Mongolia Dalam membentuk persepsi negatif.

"China telah kehilangan support signifikan di antara negara-negara V4 dan Eropa. Republik Ceko tampaknya menjadi pemimpin di antara negara-negara Visegrad dalam bagian ini," katanya.

(dna)

Selengkapnya