ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Perubahan suasana makin memburuk. Bumi dikabarkan masuk ke dalam masa titik kritis alias tipping points.
Titik kritis diartikan sebagai satu titik nan bakal merubah segalanya. Misalnya es gletser mencair lebih sigap alias rimba hujan nan mengering.
Hal ini terjadi saat suhu rata-rata dunia dilaporkan telah melampaui pemisah Perjanjian Paris, 1,5 derajat Celcius pada 2024 lalu. Tren ini terus bakal bersambung pada tahun ini, ungkap Organisasi Meteorologi Dunia.
"Setiap kenaikan sepersepuluh derajat di atas 1,5 derajat Celcius, titik kritis meningkat," kata peneliti Annika Ernest Högner dari the Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK), dikutip Earth, Senin (2/6/2025).
Dia mengatakan keadaan bakal memburuk saat suhu melampaui 2 derajat Celcius. Diperkirakan "kiamat" pemanasan dunia akibat perubahan suasana bakal mencapai 2,6 derajat Celcius pada akhir abad.
"Jika pemanasan dunia melampaui 2 derajat Celcius, akibat bakal meningkat lebih tajam," jelasnya.
Sebuah penelitian mencoba membikin model skenario saat suhu tidak pernah kembali di bawah 1,5 derajat pada 2100 mendatang. Hasilnya satu dari empat sistem utama Bumi dapat dipicu dalam 24% simulasi.
Skenario lebih jelek saat peningkatan suhu mencapai 3 derajat Celcius. Dilaporkan peluangnya nyaris dua kali alias sekitar 45% untuk memicu perubahan permanen.
Salah satu penulis utama, Tessa Moller menegaskan soal perlunya mempertahankan emisi gas rumah kaca mencapai titik nol agar akibat jelek tidak terjadi. Jika tetap sama, bukan tak mungkin simulasi nan dilakukan bisa terjadi.
"Jika terus berpegang pada kebijakan sekarang, kita bisa terjebak pada 45% memicu perubahan nan tidak bisa diubah pada 2300. Bahkan saat kita menurunkan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius melampaui pemisah sementara," jelas Moller.
15.000 intelektual sepakat
Sebelumnya, lebih dari 15.000 intelektual dari 161 negara memprediksi musibah dunia nan luar biasa bakal terjadi pada akhir abad ini. Menurut mereka, perubahan suasana makin sigap terjadi dan menakut-nakuti kelangsungan hidup makhluk nan ada di Bumi.
Prediksi para intelektual ini tercatat dalam sebuah makalah di Jurnal BioScience mengenai perubahan suasana nan meresahkan.
"Selama beberapa dekade, para intelektual secara konsisten memperingatkan masa depan nan ditandai dengan kondisi suasana ekstrem lantaran meningkatnya suhu dunia nan disebabkan oleh aktivitas manusia nan melepaskan gas rumah kaca rawan ke atmosfer," tulis makalah tersebut, dikutip dari Futurism, Sabtu (18/1/2025).
Peneliti pascadoktoral Oregon State University (OSU) dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf mengungkapkan potensi Bumi di masa depan. Termasuk akibat musibah kekurangan makanan dan air bersih.
Studi tersebut mengungkapkan soal sejumlah info mengejutkan. Misalnya pada 2023, banyak rekor suasana pecah dengan margin nan sangat besar.
Salah satu nan dirujuk oleh para peneliti adalah mengenai musim kebakaran rimba Kanada nan sangat aktif tahun ini. Kejadian tersebut menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru.
Salah satu penulis penelitian, Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple juga menambahkan adanya pola nan mengkhawatirkan di tahun 2023. Pola tersebut bukan berita nan baik, lantaran manusia hanya melakukan sedikit untuk melakukan perbaikan.
"Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan nan bisa dilaporkan mengenai upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim," kata Ripple dalam pernyataannya.
Namun akibat besar lingkungan ini bukan hanya kesalahan pada industri bahan bakar fosil saja. Namun juga ada pemerintah nan melakukan subsidi pada mereka menjadi salah satu penyebab pengaruh tersebut.
Subsidi nan dikeluarkan di Amerika Serikat (AS) tahun 2021-2022 meningkat dua kali lipat. Yakni dari US$531 triliun menjadi lebih dari US$1 triliun. Untuk mencegah musibah lebih lanjut, para peneliti menyarankan untuk beranjak dari bahan bakar fosil.
Selain itu juga memerangi konsumsi berlebih nan dilakukan oleh orang-orang kaya. Jika rekomendasi tersebut betul-betul dipatuhi
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bisnis Cloud Laris Manis Era Digital, ELIT Incar Pasar Malaysia
Next Article Donald Trump Hapus 'Tanda Kiamat' dari Internet