ARTICLE AD BOX
Christie Stefanie
Review The King of Kings: Film animasi nan membikin kisah Yesus dan para siswa jadi hidup dan menarik bagi anak-anak.
Jakarta, detikai.com --
The King of Kings merupakan movie nan bisa membantu penonton muda alias anak-anak mudah memvisualisasikan kisah dalam Alkitab. Film animasi ini membikin kisah Yesus dan para siswa jadi hidup dan menarik bagi anak-anak.
Film tersebut betul-betul menjaga prinsip dari karya original-nya, The Life of Our Lord, kisah nan ditulis Charles Dickens secara eksklusif untuk dibacakan kepada anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, movie ini merupakan kisah Alkitab nan sangat cocok bagi anak-anak dan mudah dicerna bagi seluruh personil keluarga.
The King of Kings menggabungkan momen-momen representatif dari Injil untuk menjaga cerita tetap mengalir namun tetap tercakup dalam waktu lebih dari 101 menit.
Film garapan sutradara dan penulis naskah Seong-ho Jang ini menangkap prinsip siapa Yesus sebagai Son of God saat di Bumi untuk menebus dosa manusia.
Seluruh kisah itu disampaikan dari perspektif orang ketiga, ialah Charles Dickens (Kenneth Branagh) saat menceritakan ulang kepada anak laki-lakinya, Walter (Roman Griffin Davis).
[Gambas:Video CNN]
Sehingga, mereka terutama Walter nan ditemani kucing berjulukan Willa seperti masuk dan menyaksikan kehidupan Yesus ketika di dunia.
Kejenakaan Walter berbareng Willa menjadi indikasi kuat bahwa The King of Kings memang dirancang alias menargetkan penonton muda. Aksi nan mungkin menjadi lawakdalam movie ini terasa seperti tidak tepat sasaran untuk penonton dewasa.
Review The King of Kings: Penceritaan nan sangat sederhana dan sigap hingga guyonan nan ditampilkan jelas menandakan movie ini menargetkan penonton muda alias anak-anak. (Angel Studios)
Tak hanya itu, penceritaan kehidupan Yesus, mulai dari lahir hingga pelayanan dan mukjizat nan dilakukan pun mengalir sangat cepat, seperti berupaya memastikan kejadian-kejadian krusial dalam Alkitab masuk movie tersebut.
Sebagai penonton dewasa, ada satu perihal nan cukup saya sayangkan. Kisah penderitaan Yesus untuk menebus dosa manusia di kayu salib terasa sangat buru-buru, berlalu sangat sigap begitu saja.
Sangat dipahami jika tim produksi menghilangkan segmen kekerasan nan dialami Yesus, tapi sangat disayangkan kisah itu sangat diperhalus padahal pengorbanan di kayu salib menjadi puncak pelayanan dan kasih Yesus bagi manusia selama di Bumi.
Terlebih lagi, movie tersebut baik di AS alias Indonesia dirilis pada pekan Paskah nan menjadi waktu untuk refleksi diri atas kematian Yesus, sekaligus merayakan kebangkitan-Nya.
Mengingat movie ini sepertinya memang ditargetkan untuk anak-anak, sangat masuk logika rasanya perihal itu dilakukan lantaran kisah itu memang nan paling tragis.
Review The King of Kings: Kisah pengorbanan Yesus di kayu salib nan sesungguhnya jadi tujuan kedatangan-Nya ke bumi disajikan begitu sigap sehingga berlalu begitu saja. (Angel Studios)
Secara visual animasi, The King of Kings memang jelas tidak seperti dengan hasil produksi rumah produksi besar, seperti Disney alias DreamWorks.
Namun, The King of Kings tetap menjadi wadah nan sangat cukup dan baik untuk menceritakan kisah tersebut di layar lebar.
Di kembali kesederhanaan penceritaan, movie ini mempunyai begitu banyak nama-nama besar sebagai pengisi suara, seperti Kenneth Branagh, Uma Thurman, Pierce Brosnan sebagai Pontius Pilatus.
Ada pula Oscar Isaac sebagai Yesus, kemudian Mark Hamill sebagai Raja Herodes, Forest Whitaker sebagai Simon Petrus, Ben Kingsley sebagai Imam Besar Kayafas.
Pada akhirnya, sama seperti karya original, The Life of Our Lord, The King of Kings menyajikan tontonan nan memperkenalkan kisah-kisah Injil kepada generasi baru dengan warna, humor, dan hati.
Film ini pun sangat cocok bagi family nan mencari tontonan untuk membantu memvisualisasikan kisah-kisah dalam Alkitab kepada penonton muda, termasuk untuk meningkatkan minat lebih dalam pada aliran Kristus.
[Gambas:Youtube]
(chri/chri)