Review Film: A Business Proposal (2025)

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

img-title

nan jelas, jenis drama dari kisah A Business Proposal tidak pernah bisa dibandingkan dengan jenis movie Indonesia ini.

Jakarta, detikai.com --

Sebelum memulai ulasan soal A Business Proposal, ada beberapa perihal nan perlu saya cantumkan sebagai catatan di awal mengingat huru-hara nan berangkaian dengan movie remake ini.

Pertama, jenis drama dari kisah A Business Proposal tidak pernah bisa dibandingkan dengan jenis movie Indonesia ini. Keduanya mempunyai format nan cukup berbeda, eksekusi nan berbeda, selera nan berbeda, dan tentu saja sikap pemain nan berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, saya bakal berupaya seobjektif mungkin untuk menilai movie ini sebagai sebuah karya dalam corak movie panjang, terlepas drama huru-hara nan mengitari movie ini. Tambahan, saya bukan orang nan diundang ke premier meski bukan hater.

Baiklah, mari kita mulai.

Kalau boleh jujur, movie A Business Proposal tidak seburuk nan saya bayangkan sebelumnya. Saya memang sudah meragukan movie ini semenjak pertama kali diumumkan bakal digarap jenis remake, terutama soal pemilihan pemain.

Maka dari itu, saya pasang ekspektasi serendah mungkin saat akhirnya menonton movie ini di tengah layarnya nan berjatuhan. Hanya satu perihal nan membikin ekspektasi saya tak sampai menyeret lantai: posisi Adhitya Mulya sebagai penulis naskah.

Sejujurnya saya mengharapkan cerita style unik penulis Jomblo itu dalam membawakan kembali kisah si penerus takhta perusahaan besar dengan wanita nan kepepet butuh uang, nan terkenal baik dalam corak webtun maupun dramanya.

A Business Proposal (2025)Review A Business Proposal (2025):Dari empat pemain utama, saya hanya memandang penampilan Ariel Tatum nan paling mending dibanding lainnya. (dok. Falcon Pictures via YouTube)

Pada dasarnya, kisah A Business Proposal alias berjulukan original The Office Blind Date dalam corak webtun ini sangatlah sederhana. Mungkin saya bakal mengategorikan kisahnya seperti Teenlit, alias Serial Cantik, nan menjajakan kisah ringan dan menjual asmara nan "menggemaskan".

Adhitya jelas menyadari perihal tersebut, dan itu terlihat dari gimana dia mengonsep naskah movie ini. Sayangnya, perihal tersebut kurang konsisten. Ia seperti pengemudi nan berupaya mengendalikan setir nan 'jalan sendiri' melenceng dari jalur semestinya.

Ia berkutat antara berupaya melokalkan pendapat buatan HaeHwa, melepaskan diri dari naskah serial buatan Han Seol-hee dan Hong Bo-hee, dan menyisipkan pengembangan kreasinya sendiri. Hasilnya, movie ini serupa tapi memang berbeda dari nan sudah dikenal.

Satu sisi, perihal tersebut sebenarnya bagus. Artinya, penulis tidak malas untuk berpikir dan berkreasi. Selain itu, beberapa cerita kreasi Adhitya juga cukup baik disajikan terutama upaya mendekatkan kisah The Office Blind Date ini ke kehidupan masyarakat Indonesia.

Adhitya menggunakan detail-detail lokal sederhana nan dia sebar dalam beragam bagian cerita. Begitu pula dengan candaan dan jokes, nan sayangnya, Adhitya tak sepenuhnya bisa mengimbangi candaan nan relate dengan demografi pasar movie ini.

[Gambas:Video CNN]

Akhirnya, cerita A Business Proposal macam kue nan sebagian adonannya matang sempurna mengeluarkan aroma butter, tapi sebagian lainnya belum matang.

Kondisi tak sempurna itu diperparah dari langkah sutradara, Rako Prijanto, dalam menggarap movie ini. Entah lantaran Rako sudah sangat percaya dengan Adhitya alias ada argumen lain, saya tak merasakan ada kepaduan dalam movie ini sejak awal.

Rako tampak hanya sekadar menjalankan naskah nan sudah ditulis Adhitya ke medium gambar bergerak. Bahkan, saya tak merasakan visi seorang sutradara dalam movie ini. Hal tersebut jelas membikin movie A Business Proposal seperti proposal tanpa tujuan.

Situasi itu makin tak bakal bisa diselamatkan dengan penampilan para pemain nan sebenarnya juga lemah. Dari empat pemain utama, saya hanya memandang penampilan Ariel Tatum nan paling mending dibanding lainnya.

A Business Proposal (2025)ReviewA Business Proposal (2025):Ada banyak argumen kenapa sejak awal Abidzar tak cocok dengan karakter Utama Wibowo. Namun nan paling saya rasakan adalah, mau diapakan seperti apapun, Abidzar tak punya aura nan dibutuhkan karakternya. (dok. Falcon Pictures via YouTube)

Ariel Tatum terlihat berupaya membawakan karakter Sari alias dalam jenis Korea adalah Shin Ha-ri ini, dengan caranya sendiri tanpa kudu terjebak dengan bayang-bayang Kim Se-jeong. Beruntung, usahanya tak sia-sia. Sari sukses muncul dengan auranya sendiri.

Namun situasi 180 derajat terjadi dengan musuh main Ariel Tatum, Abidzar Al-Ghifari. Saya tak bisa banyak berkomentar soal kualitas akting Abidzar nan memang tetap belum banyak pengalaman, lantaran bagi saya, pemilihan Abidzar untuk pemeran utama laki-laki sudah salah sejak awal.

Ada banyak argumen kenapa sejak awal Abidzar tak cocok dengan karakter Utama Wibowo. Namun nan paling saya rasakan adalah, mau diapakan seperti apapun, Abidzar tak punya aura nan dibutuhkan karakternya.

Ia bisa saja didandani dengan segala riasan, dipakaikan busana mewah selayaknya chaebol, tapi segala aksesori bentuk tersebut tak bakal bisa menutupi kehampaan rasa nan ada antara Abidzar dengan Utama.

Saya tak menutup kesempatan Abidzar mungkin bisa menaklukkan karakter Utama Wibowo, tapi itu bakal sangat memerlukan upaya nan sangat keras dan waktu persiapan nan lebih panjang.

Maka dari itu, saya mempertanyakan seberapa besar peran produser, sutradara, penulis, dan bagian casting dalam pemilihan pemain ini. Apakah mereka sebenarnya sudah memahami dengan betul gambaran karakter, pemain nan pas dalam memerankan karakter tersebut, hingga kemauan dari fans kisah ini?

Karena pemahaman tersebut sangat krusial mengingat kisah nan mereka pilih untuk digarap ulang terbilang mempunyai fans nan loyal dan merupakan konten nan hit saat dirilis pertama kali.

Mereka mestilah paham, memutuskan untuk menggarap ulang bukan hanya urusan mencoba mencari untung dari konten nan sudah populer, tetapi juga mengambil beban tanggung jawab terhadap mereka nan membikin konten aslinya populer, nan mana secara tidak langsung menjadi sasaran pasar garapan ulang tersebut.

A Business Proposal (2025)Review A Business Proposal (2025): alangkah baiknya skandal movie A Business Proposal ini jadi pelajaran berbobot serta pengingat kepada pelaku industri movie untuk tidak sembarang dalam menggarap sebuah karya, baik orisinal maupun garapan ulang. (dok. Falcon Pictures via YouTube)

Itu pun belum termasuk dari gimana movie ini dipromosikan dan gimana segala tindak tanduk para pemain serta kru nan terlibat atas produk garapan ulang ini.

Sehingga, alangkah baiknya skandal movie A Business Proposal ini jadi pelajaran berbobot serta pengingat kepada pelaku industri movie untuk tidak sembarang dalam menggarap sebuah karya, baik orisinal maupun garapan ulang.

Wabilkhusus produser lokal nan bakal menggarap ulang konten apa pun, alangkah baiknya tetap berhati-hati dalam menentukan segala komponen produksi proyek tersebut. Jangan sampai menentukan orang alias komponen hanya memenuhi paket kontrak, apalagi asal-asalan.

Karena orang bijak pernah berkata, hasil tak bakal mengingkari usaha, sehingga apa pun nan kita tanam, itulah nan bakal kita tuai.

[Gambas:Youtube]

(end)

Selengkapnya