ARTICLE AD BOX
Review drama: Marry My Husband Japan sangat layak dapat bintang lima solid, tanpa catatan, lantaran semua aspek paripurna.
Jakarta, detikai.com --
Tenang dan menghanyutkan menjadi kata nan cocok menggambarkan Marry My Husband Japan. Minim segmen meledak-ledak, drama perselingkuhan dan balas dendam ini bisa membikin penonton hooked dan terbawa hingga akhir.
Marry My Husband Japan bisa saya bilang sebagai drama perselingkuhan nan paling kalem. Semua dilakukan dengan tenang dan elegan hingga ke titik saya meyakini drama ini merupakan salah satu hasil penyesuaian terbaik nan pernah ditonton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu perihal nan betul-betul saya syukuri adalah keputusan tim produksi mengambil pendekatan berbeda dalam mengadaptasi, seperti hanya konsentrasi pada empat karakter utama, terutama perjalanan Misa (Fuka Koshiba) menata kehidupan keduanya.
Drama ini mempunyai 10 bagian dan menurut saya itu sangat bijak lantaran tempo dan penceritaan jadi padat di tiap bagian dan ketegangan tetap terjaga.
Mereka konsentrasi pada satu masalah, kedalaman emosional dan pengembangan karakter utama, termasuk nan antagonis, tanpa melebar ke side story dan side characters nan berpotensi membikin bosan.
Sehingga, hati saya penuh rasa syukur ketika menonton dua bagian akhir tanpa kehadiran karakter baru nan sesungguhnya tidak perlu dalam cerita.
Hal itu pula membikin tidak ada segmen nan saya skip dari drama ini. Setiap detik Marry My Husband Japan penuh kejutan dan komponen nan membikin penonton semangat lanjut ke bagian selanjutnya.
[Gambas:Video CNN]
Saya banget apresiasi tim produksi dan imajinatif nan memutuskan ambil pendekatan dengan masyarakat dan budaya Jepang, meski mengadaptasi karya original dari Korea.
Semua aspek dalam drama ini meneriakkan kata "Jepang" dan itu perihal nan bagus. Dimulai dari visual nan penuh estetika hingga membikin saya sempat terpikir bahwa drama ini menggunakan soft power mempromosikan keelokan wisata dan kuliner Jepang.
Pencahayaan dan sinematografi membikin visual drama ini tak ada nan jelek alias biasa saja. Semua terasa begitu bagus dan cantik. Tim di belakang kamera dan teknis memahami kapan kudu merekam agar pemandangan terlihat lebih indah.
Di dalam ruangan, di luar ruangan, pagi, malam - kapan pun alias di mana pun, mereka melakukan nan terbaik untuk memberikan penonton pemandangan nan paling menakjubkan.
Hal itu nan kemudian menyempurnakan penyampaian cerita drama ini sehingga sepenuhnya mencerminkan pengendalian emosi nan tenang dan sering ditemukan dalam penceritaan Jepang.
Review drama: Marry My Husband Japan mempunyai visual begitu cantik dan melengkapi storytelling dan akting nan sudah kuat. (Prime Video)
Marry My Husband Japan mengeksplorasi tema-tema mendalam, seperti penyesalan, rasa bersalah, dan perbaikan diri, bukan melalui adegan-adegan nan meledak-ledak. Semua melalui percakapan nan tenang, gestur-gestur kecil, dan keheningan nan bermakna.
Sutradara Ahn Gil-ho setelah sukses dalam mengarahkan The Glory dan Stranger sekarang juga sukses membikin Marry My Husband Japan jadi sebuah karya nan menyeimbangkan realisme emosional dan budaya.
Ia dengan jeli dan perincian dalam menghadirkan adegan-adegan pergulatan jiwa para karakter nan memancing tepuk tangan penonton ketika menyaksikannya.
Namun, semua itu tidak bisa melangkah sendiri. Kesempurnaan drama ini juga berada di tangan Satomi Oshima selaku penulis naskah.
Dialog-dialog ikonis nan ada dalam karya original dan sudah ditampilkan dalam jenis Korea, seperti "Thank you for picking up my discarded trash" disajikan berbeda dan lebih spektakuler untuk jenis Jepang lantaran build up nan konsisten dan tetap pada jalurnya.
Begitu pula dengan, "I'd be an unnamed background extra. Just Student A. Interviewer B. Boss C. A background extra with no lines. I never would have been a part of her story. But on September 18th, 2015: Director Suzuki," nan betul-betul mempunyai ruang unik di hati saya.
Ketika kata-kata itu disampaikan, kalimat tersebut terasa bak gong dan mengagumkan secara natural, bukan sekadar perbincangan nan ditaruh begitu saja lantaran segmen itu semestinya menjadi klimaks.
Pengarahan dan screenplay nan bagus semakin diperkuat dengan akting seluruh pemainnya.
Tak bisa dipungkiri, Takeru Satoh menjadi penarik awal saya untuk menyaksikan Marry My Husband Japan. Seiring berjalannya episode, tanpa disadari, saya betul-betul menyukai seluruh pemain dan komponen drama ini.
Takeru Satoh, tanpa diragukan, sukses memerankan Wataru Suzuki dengan energinya nan lembut, protektif, dan penuh kasih sayang di sepanjang serial. Dia lah si laki-laki green forest itu.
Bintang utama nan juga tak perlu diragukan lagi adalah Fuka Koshiba. Saya percaya pada setiap air mata, senyum Misa, baik itu kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketidakberdayaan alias harapan, frustrasi, kebingungan, dia sukses menyampaikan setiap emosi dengan tepat.
Lanjut ke sebelah...