ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Sindikat penipu berhasil membobol rekening mata uang digital senilai US$659 juta alias sekitar Rp10 triliun sepanjang 2024. Modusnya melibatkan penyamaran untuk mengelabui korban.
Menurut laporan campuran nan dirilis Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat (AS), aksi penipuan ini dilakukan diduga merupakan ulah golongan Lazarus nan mengenai dengan Korea Utara.
Modusnya menggunakan rekayasa sosial dan menyisipkan malware yang disebut 'TraderTraitero' untuk melancarkan tindakan pencurian kripto.
Selain itu, laporan juga mengungkapkan mereka menyusupkan seseorang sebagai pekerja IT pada perusahaan blockchain. Tujuannya agar pencurian mata uang digital bisa disebut sebagai ancaman dari orang dalam namalain internal.
"Amerika Serikat, Jepang, dan Republik Korea memberi peringatan pada entitas sektor swasta, khususnya industri kerja blockchain dan freelance meninjau seluruh peringatan dan pengumuman agar lebih menginformasikan langkah-langkah mitigasi ancaman siber," ujar pernyataan itu, dikutip dari Tech Crunch, Kamis (23/1/2025).
"Selain itu, perlu mengurangi akibat dengan tidak memperkerjakan pekerja IT Korea Utara," kata tiga pemerintahan tersebut.
Laporan tersebut mengonfirmasi Korea Utara bertanggung jawab atas beberapa serangan tahun lalu. Misalnya mencuri US$235 juta (Rp 3,8 triliun) pada Wazirx, sebuah pertukaran mata uang digital terbesar di India, nan terjadi bulan Juli.
Begitu juga serangan lain dari DMM Jepang senilai US$308 juta (Rp 5 triliun), Upbit dan Radiant Capital masing-masing US$50 juta (Rp 814 miliar) dan Rain Management sebesar US$16,13 juta (Rp 262,8 miliar).
Dalam laporan AS sebelumnya, diperkirakan Korea Utara sukses mencuri US$3 miliar (Rp 48,8 triliun) dalam mata uang digital antara 2017-2023. Uang hasil rampasan itu dikatakan untuk mendanai program senjata nuklir.
Sementara dari info lain terungkap para peretas dari Korea Utara bertanggung jawab dari 61% pencurian mata uang digital tahun lalu. Total nan telah dicuri setara dengan US$1,34 miliar (Rp 21,8 triliun).
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Sengitnya Persaingan Teknologi Satelit di Bisnis Telekomunikasi
Next Article Penipu Bobol Rekening Rp 3,6 Triliun Ditangkap Polisi, Begini Modusnya