Rano Karno-emil Dardak Cari Cara Optimalkan Wisata Lintas Wilayah

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Pemimpin beberapa wilayah membahas pentingnya mengoptimalkan potensi wisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk melalui kerjasama antarprovisi.

Hal tersebut dibahas dalam Forum Kerja Sama Daerah Mitra Praja Utama nan dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Gubernur Banten Andra Soni, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, hingga Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia Azril Azahari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wagub DKI Jakarta Rano Karno menyoroti potensi besar pariwisata nan selama ini belum tergarap maksimal. Menurutnya, meski Jakarta menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dalam jumlah besar, pariwisata tetap dianggap sebagai sektor suplemen semata.

"PDB nan disumbang ekonomi kreatif, baru ekonomi imajinatif saja di Jakarta itu 11,8 persen. Hampir 400 triliun profit. Tapi itu tanpa kreasi pariwisata nan matang," ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (16/6).

Rano mengatakan banyak area wisata di Jakarta, seperti Kepulauan Seribu dan Ancol belum dikembangkan secara optimal. Padahal, Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya disinggahi 70 juta penumpang, namun hanya satu juta nan betul-betul mengunjungi Jakarta.

"Artinya potensi itu tidak digarap. Karena dulu visi Jakarta tidak membangun potensi itu. Tidak menggarap potensi pariwisata saja, APBD Jakarta 91 triliun. Karena dianggap pariwisata ini hanya suplemen," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

Ia menekankan bahwa konektivitas dan integrasi regional menjadi kunci dalam membangun pariwisata. Rano berambisi lewat forum MPU, Jakarta bisa memperkuat kerjasama dengan provinsi lain untuk merancang ulang potensi wisata lintas wilayah.

Gubernur Banten Andra Soni mengungkapkan provinsinya mempunyai kekayaan wisata dari sisi sejarah hingga keelokan alam, mulai dari Ujung Kulon hingga Anyer.

"Kalau bicara tentang desain, berganti pun kepemimpinannya, kreasi itu bakal diteruskan. Sekarang lebih menarik PIK daripada Ancol. Tapi lama-lama orang bakal jenuh juga. Karena orang butuh nan alami," ucapnya.

Andra mendorong kerja sama antarwilayah MPU untuk saling mempromosikan potensi daerah, sekaligus menekankan pentingnya perencanaan pariwisata berkepanjangan dan tidak merusak nilai historis maupun ekosistem.

"Gimana contoh orang nan berjamu ke Jawa Timur juga kita promosiin agar berjamu ke Banten. Orang nan berjamu ke Banten juga bisa kita promosiin untuk berjamu ke Jawa Timur," tambahnya.

Senada, Wagub Jawa Timur Emil Dardak mengatakan pemerintah antardaerah sebaiknya saling mendukung, bukan berebut wisatawan, sehingga bisa mendapatkan hasil win-win.

"Kalau wisatawannya ke tempat saya, ya enggak ke tempatnya beliau. Kalau ke tempatnya beliau, enggak ke tempat saya. Pandangan ini mau kita tukar jadi win-win," ujarnya.

Emil mengatakan empat airport di Jawa Timur, ialah Surabaya, Malang, Banyuwangi, dan Kediri, bisa terkoneksi langsung dengan Jakarta dan sekitarnya untuk memperluas pergerakan wisatawan.

Ia mencontohkan keberhasilan pengembangan jalur kereta api Solo-Madiun sebagai contoh konkret diferensiasi produk wisata regional.

"Kata kuncinya pertama konektivitas. Bicara visitor nusantara dan asing, saya optimis. Tapi ini bukan sesuatu nan selesai hari ini. Lebih baik kita mulai, mengidentifikasi apa nan ada di depan mata, kemudian kita jalankan," kata Emil.

Sementara itu, Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia Azril Azahari mendorong wilayah untuk mengembangkan wisata minat unik seperti belanja, kuliner, dan sejarah, sesuai dengan karakter lokal.

"Kenapa tidak diangkat pariwisata shopping? Tanah Abang, Thamrin City, banyak orang Malaysia dan Singapura shopping ke sana. Kenapa tidak dijadikan one stop shopping seperti Singapura?" ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga ekosistem pariwisata nan terdiri dari tiga unsur, ialah lingkungan hidup (biotik), kondisi bentuk seperti tanah dan udara (abiotik), serta manusia dan budayanya.

"Pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri, dia kudu ada sektor lain. Pariwisata ini sudah menjadi ilmu. Jadi pendekatannya kudu secara ilmiah," jelasnya.

(kay/chri)

Selengkapnya