Ramai Efek 'toxic' Blackmores Di Australia, Pakar Farmasi Soroti Overdosis Vitamin B6

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Warga Australia Dominic Noonan O'Keeffe mengonsumsi sejumlah suplemen Blackmores nan dijual bebas. Kala itu, dia memilih suplemen Blackmores magnesium, tanpa menyadari terdapat kandungan vitamin B6 dengan dosis tinggi dalam produk.

Menurut kuasa norma Dominic, Polaris Lawyers, kandungan vitamin B6 dalam Blackmores magnesium mencapai 29 kali lipat dari asupan harian nan direkomendasikan. "Sehingga menjadi berbisa bagi tubuhnya," tutur Polaris dalam upaya gugatan class action.

Pendiri dan ketua firma norma Melbourne, Nick Mann, tersebut mengatakan sedikitnya 600 penduduk Australia telah menghubungi Polaris dengan laporan pengaruh samping serius jangka panjang akibat konsumsi vitamin B6 pada suplemen nan dijual bebas.

Noonan adalah salah satu dari sekian banyak nan mengaku mengalami kelelahan parah, sakit kepala luar biasa, dan hipersensitivitas nan kerap berulang. Pada kasus Noonan, indikasi dirasakan sejak Agustus 2023, tiga bulan setelah dia mulai rutin mengonsumsi suplemen Blackmores.

"Gejalanya memburuk, dengan Dominic mengalami tegang otot, neuralgia, palpitasi jantung, gangguan penglihatan, dan hilangnya sensasi di seluruh tubuhnya," kata Polaris Lawyers pada bulan Mei.

"Dominic tidak dapat berkonsentrasi, kesulitan tidur, terus-menerus kesakitan, dan apalagi terkadang kesulitan berjalan. Tim medisnya kemudian mengidentifikasi neuropati nan disebabkan oleh kadar B6 nan berlebihan dalam suplemen Blackmores."

Penjelasan Profesor Farmasi UGM

Terlepas dari kasus tersebut, master farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati menjelaskan kaitan toxic dan asupan vitamin B6 nan berlebihan memang bisa terjadi. Hal ini sejalan dengan sejumlah laporan ilmiah dan hasil pengawasan otoritas obat di beragam negara.

"Konsumsi vitamin B6 dosis tinggi secara kronik dapat menyebabkan neuropati perifer, ialah gangguan saraf tepi nan ditandai dengan kesemutan alias rasa terbakar (parestesia), meninggal rasa (numbness), lemah otot, dan lain-lain," sebutnya saat dihubungi detikaicom Senin (21/7/2025).

Efek toksik ini ditegaskan Prof Zullies bisa terjadi saat konsumen mendapatkan dosis tinggi dalam jangka waktu lama, baik dalam periode berbulan-bulan alias hitungan tahun, sebelum indikasi muncul.

Meskipun vitamin B6 berkarakter larut air dan kelebihannya dibuang melalui urine, Prof Zullies menekankan pada dosis tertentu, metabolisme dan ekskresinya tidak cukup sigap untuk mencegah penumpukan dan toksisitas.

Karenanya, dia mengimbau masyarakat untuk tidak latah mengikuti tren viral mengenai pembelian suplemen. Masing-masing suplemen kudu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen nan jelas berbeda.

Berkaca dari kasus terkait, jika mau mendapatkan tambahan magnesium demi mengurangi kram otot, insomnia, hingga stres, lebih baik memilih produk nan hanya mengandung magnesium murni, alias dikombinasi dengan minimal vitamin B6 rendah dosis, kurang dari 10 mg.

"Untuk kondisi kronik alias penggunaan rutin, sebaiknya dikonsultasikan ke master alias apoteker, jika sudah mengonsumsi multivitamin dan suplemen lainnya, dicek apakah ada kandungan B6 di sana, jangan sampai dosis totalnya melampaui pemisah harian," pungkasnya.

(naf/up)


Selengkapnya