Rajin Gaet Mitra, Bumdes Di Puncak Bikin Kafe Sampai Ternak Sapi

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Bogor -

Ada banyak BUMDes di Indonesia, sebagian kandas dan sebagian lagi sukses. Dari nan sukses itu kita belajar, apa nan bisa ditiru. Bagi BUMDes Tugu Selatan Mandiri, kunci sukses itu tampaknya adalah giat berkolaborasi.

Hal itu diceritakan Direktur BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Dadang Juanda kepada detikFinance di kantornya di Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor. BUMDes ini punya upaya internet desa, kafe, pemasok BRILink, pemasok makanan dari Mayora dan peternakan sapi. Penyewaan kuda di lokasi wisata Gunung Mas, dari desa mereka juga lho.

Dari cafe sampai peternakan sapi

BUMDes Tugu Selatan Mandiri di Cisarua, Kab BogorDirektur BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Dadang Juanda Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Itu semua tidak semudah membalik telapak tangan. Ditemani para pengurus BUMDes lain, Dadang bercerita upaya mereka dimulai tahun 2021 saat pandemi COVID-19. Bisnis pertama mereka adalah internet desa Pangrango Vibes menggandeng perusahaan internet service provider (ISP) Lintas Satu Visi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pangsa pasar nan betul-betul lagi diperlukan waktu pandemi. Anak nggak sekolah. Fasos fasum nan dijanjikan Lintas Satu Visi bisa terealisasikan waktu itu," kata Dadang.

Hingga sekarang ada 500 sambungan rumah (SR) alias home pass nan menjadi langganan Pangrango Vibes. Pangrango Vibes sekarang menawarkan paket 20 Mbps Rp 250.000/bulan. Lalu ada paket 50 Mbps Rp 350.000/bulan dan nan paling mahal 100 Mbps Rp 550.000/bulan.

Saat awal berdagang internet, upaya mereka sempat macet lantaran terkendala kontainer modem nan tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok saat Pandemi Corona. Saat itu BUMDes tidak putus asa dan mencoba upaya kedua menjadi pemasok produk makanan dan minuman dari Mayora.

"2022 masuklah Mayora, kita sebagai pemasok masukin ke warung-warung nan ada di jalur Puncak," kata Dadang.

Tahun 2023, pandemi pun mereda. Kata Dadang, barulah upaya jasa internet dan pemasok makanan minuman mulai lancar. Dari situ, mereka mengembangkan upaya ketiga ialah foodcourt di tempat landing olahraga paralayang Puncak. Kali ini nan diajak kerja sama adalah Dispora Kabupaten Bogor sebagai pemilik lahan.

"Kami mengusulkan upaya Cafe Landing dengan pinjam pakai ke Dispora," kata Dadang.

Ada 32 penduduk desa pelaku UMKM makanan dan minuman nan jualan tanpa duit sewa tempat, di Cafe BUMDes Desa Tugu Selatan. Namun, ada skema 10% untung bersih masuk jadi Pendapatan Asli Desa (PADes). Sementara margin dari nilai jual, dipakai untuk biaya pemeliharaan, listrik, air dll.

BUMDes Tugu Selatan Mandiri di Cisarua, Kab BogorBUMDes Tugu Selatan Mandiri menjadi Agen BRILink Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Di tahun nan sama kata Dadang, mereka menjadi Agen BRILink. BUMDes menurut Dadang sejak awal berdiri sudah buka rekening di BRI. Namun baru pada 2023 mereka menjadi Agen BRILink sebagai corak upaya baru mereka.

"Kadang EDC dibawa ke cafe landing jika lagi banyak grup. Tapi lebih banyak transaksi di sini. Bayar internet, tarik tunai. Lebih banyak penduduk nan ke sini, sekalian ada urusan sama desa," kata Dadang.

BUMDes Tugu Selatan Mandiri juga punya peternakan sapi sebanyak 40 ekor, support dari Pemprov Jabar dan dibantu Universitas Sebelas Maret Solo. 40 Sapi ini diurus beberapa penduduk desa nan sudah dibina.

Bisnis terbaru mereka adalah lokasi wisata Kampung Koboy sejak 2023. Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tugu Selatan, Ai Iman Sukmana (56), penduduk desa sudah turun temurun mengurus kuda. Kuda-kuda nan biasa disewakan di lokasi wisata Gunung Mas adalah dari desa mereka.

"Tahun 1996 dulu, dipindahkanlah kuda-kuda dari rumah-rumah penduduk ke satu tempat namanya Kampung Texas. Akhirnya dibikinlah Kampung Koboy untuk mengangkat perekonomian masyarakat juga," kata Iman.

Ada 49 kuda di sana, termasuk 4 kuda milik pemerintah desa sebagai hibah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lagi-lagi kuncinya adalah kerjasama dan kolaborasi.

Digaet menjadi Desa BRILian

Keberhasilan Desa Tugu Selatan mengembangkan banyak jenis usaha, membikin mereka digaet oleh BRI untuk menjadi Desa BRILian. Desa BRILiaN merupakan program inkubasi dari BRI nan mendukung pengembangan desa melalui empat aspek utama, ialah penguatan badan upaya milik desa (BUMDes), digitalisasi, inovasi, dan sustainability.

Sekretaris BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Muslihat Arifaghani bercerita mereka digandeng menjadi Desa BRILian oleh BRI Unit Cisarua pada 2024. Dia bilang ada proses komunikasi intens dan berjenjang dengan pihak BRI. Selanjutnya, ada beberapa kali training dan pendampingan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

"Manfaatnya luar biasa ya, Pak. Diajari SOP, manajemen, pemerintahan. Mereka menginap di sini, difasilitasi desa dan oleh BRI," kata Muslihat.

Muslihat mengatakan desa mereka sudah masuk 10 besar Desa BRILian terbaik di Indonesia nan kompetisinya tetap berlangsung. Dengan raihan sejauh ini, Dadang selaku Direktur BUMDes berambisi support penuh dari semua pihak.

"Sekarang bisa memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan original desa, angan saya semua lembaga bisa mendukung BUMDes," ujar Dadang menutup obrolan kami.

Data dari pihak Desa Tugu Selatan nan diperoleh detikFinance, untuk APBDes 2025 tercatat ada pendapatan desa sebesar Rp 5.961.407.638. Hampir separuhnya dari Dana Desa. Namun, tercantum ada Pendapatan Asli Desa sebesar Rp 7.200.000.

Pentingnya BUMDes menggaet mitra

detikFinance pun meminta tanggapan dari master ekonomi pedesaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Desti Fitriani. Menurut dia, BUMDes sangat krusial kontribusinya untuk ekonomi pedesaan.

"Terutama jika kita memandang BUMDes-BUMDes nan bisa mendanai aktivitas operasionalnya sendiri tanpa kudu mengandalkan support dari alokasi Dana Desa," kata Desti.

Peneliti BUMDes di Bogor, Yogyakarta dan Lombok ini mengatakan kerjasama BUMDes dengan mitra, baik itu sesama badan pemerintahan, swasta, ataupun universitas, bisa sangat membantu. BUMDes Tugu Selatan Mandiri mempunyai mitra BRI, Lintas Satu Visi, Mayora, Dispora Kabupaten Bogor, Universitas Sebelas Maret dan juga BRIN.

"Kelebihan bekerja sama dengan swasta adalah BUMDes-nya bisa belajar gimana menghasilkan produk alias men-deliver jasa dengan lebih efisien, lebih profesional. Kalau dengan perguruan tinggi tentu pada peningkatan kapasitas," pungkas Desti.

(fay/hns)

Selengkapnya