ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyoroti temuan Komisi X DPR RI soal siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di sejumlah wilayah nan belum bisa membaca dan menulis dengan lancar.
Karena itu, dia mendesak agar sistem pendidikan nasional berorientasi pada kualitas pemahaman siswa, bukan semata capaian angka.
“Jika anak-anak naik kelas tanpa keahlian membaca nan cukup, kita berisiko membangun masa depan di atas fondasi nan belum memadai,” kata Puan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/7/2025).
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) ini menuturkan, kemampuan literasi dasar adalah kunci dalam membangun sumber daya manusia unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Menurut Puan, kebijakan pendidikan tidak boleh hanya konsentrasi pada nilai dan pelaporan statistik, tetapi kudu memastikan setiap anak betul-betul memahami pelajaran nan diberikan.
“Pendidikan kudu lebih dari sekadar angka. Kita perlu sistem nan tidak hanya mengukur capaian, tetapi juga memastikan kualitas pemahaman siswa,” jelas dia.
Tak Akan Biarkan Anak Indonesia Tertinggal
Mantan Menko PMK ini berharap, adanya sistem pemantauan literasi dan numerasi nan lebih aktif dengan melibatkan guru, orang tua, dan organisasi sekolah.
Puan juga menyerukan agar misi pendidikan dijadikan bagian dari arah pembangunan nasional. Pendidikan dasar, katanya, kudu menjadi prioritas dalam peta pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
“Misi pendidikan kudu terintegrasi dengan arah pembangunan nasional, memastikan bahwa kualitas pendidikan dasar tidak lagi menjadi titik lemah,” jelas Puan.
Karenanya, tetap kata dia, DPR bakal terus menjalankan kegunaan pengawasan dan legislasi guna mendorong reformasi sistem pendidikan nasional agar lebih setara dan adaptif.
“Tidak boleh ada lagi anak Indonesia nan tertinggal dalam perihal keahlian dasar. Setiap potensi anak kudu diberi ruang untuk tumbuh maksimal dalam ekosistem pendidikan nan berkualitas,” tutupnya.
Temuan Mendikdasmen
Sebelumnya, kejadian lemahnya keahlian baca-tulis siswa menjadi sorotan dalam rapat Komisi X DPR RI berbareng Mendikdasmen Abdul Mu’ti baru-baru ini.
Komisi X DPR mengungkap adanya siswa kelas 1 dan 2 SMP di Serang, Banten, nan belum bisa membaca dan menulis. Bahkan, tetap ada siswa di Kota Serang nan kesulitan menulis kata "Indonesia Raya".
Temuan serupa juga terjadi di Buleleng, Bali. Dari 34.062 siswa, sebanyak 155 siswa dinyatakan tidak bisa membaca (kategori TBM), sementara 208 siswa termasuk kategori tidak lancar membaca (TLM).