Pramono Anung Bakal Beri Sanksi Ke Pihak Penyebab Kemacetan Horor Di Tanjung Priok

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta Pelabuhan Tanjung Priok menjadi momok dalam dua hari terakhir, gimana tidak, kemacetan seram nan membikin pengendara nan berada di Jakarta Utara tersebut tidak bergerak sama sekali.

Tidak tanggung-tanggung, seorang pengguna jalan nan melintasi wilayah tersebut mengaku terjebak selama 4 jam.

"Saya tidak memandang buletin (antrean truk) Priok, saya kejebak 4 jam stuck original deh," keluh Dea saat ditanya detikai.com, Sabtu (19/4/2025).

Merespons perihal tersebut, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengaku tidak bakal tinggal diam. Sebagai kepala daerah, Pramono merasa bertanggung jawab atas apa nan menimpa warganya akibat kejadian terkait.

Dia mengaku bakal memberi teguran langsung kepada pihak mengenai usai memerintahkan Kepala Dinas Perhubungan melakukan monitoring.

"Saya sudah meminta kepada dinas perhubungan maupun kelak saya sendiri bakal memberikan peringatan sekeras-kerasnya. Bentuknya apa sedang kita rumuskan," tegas Pramono Anung di Jakarta hari ini.

Pramono menganalisa, berasas teknis manajemen dilakukan NPCT-1 sebagai pengelola truk di pelabuhan, terdapat perihal dipaksakan dari kapabilitas normal.

"Jadi begini, seperti kita ketahui bahwa Tanjung Priok itu kapasitasnya 2.500 truk per hari.Kemarin dipaksakan 4.000 truk per hari. nan mengelola nan namanya NPCT-1. Ini kan nan selalu dan di bawah Pelindo," jelas Pramono.

Sudah Dicek

Namun setelah dilakukan pemeriksaan lapangan, nyatanya bukan 4.000 truk melainkan 7.000 truk perhari. Akibatnya, tidak ada ruang bagi kendaraan lain bergerak dan membikin kemacetan nan sangat luar biasa.

"Saya sudah minta untuk kepala dinas melakukan cek lapangan. Setelah dilakukan pengecekan lapangan memang di dalamnya terjadi jam (macet) gak bergerak dan bukan 4.000 truk per hari rupanya 7.000 per hari," ungkap Pramono.

Pramono mengakui, Pelindo secara resmi telah menyampaikan permintaan maaf kepadanya dan seluruh pihak terdampak. Dia pun meminta perihal itu tidak boleh terjadi kembali.

"Tidak boleh terjadi kembali. Untuk itu sebagai Gubernur Jakarta saya minta maaf. Saya minta maaf kejadian ini, Walaupun itu bukan tanggung jawab pemerintah Jakarta. Pemerintah Jakarta mendapatkan ekses dari kejadian itu nan luar biasa," dia menandasi.

Pelindo Beri Kompensasi

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) memberikan sejumlah kompensasi, termasuk biaya masuk dan biaya tol, untuk mengurai kemacetan di sejumlah ruas jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Kompensasi yang diberikan adalah menambah waktu pembatasan bagi truk nan masuk area pelabuhan, kami juga tidak tarik biaya lagi bagi akses gate (pintu) nan kedaluwarsa," kata Executive Director Regional 2 PT Pelabuhan Indonesia Drajat Sulistyo didampingi Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan M Takwin di Jakarta, Jumat (18/4/2025).

Ia mengatakan pembebasan biaya Surat Penarikan Peti Kemas alias Surat Penarikan Peti Kemas Impor (SP2/TILA) ini sangat membantu pengendara kargo.

Pihaknya melepas gate agar pengendara truk pikulan peti kemas bisa melakukan tapping dan di waktu kendaraan terjebak (stuck) diarahkan ke jalan tol. "Biaya tol juga kami bantu agar kendaraan bisa masuk jalur tol," kata dia.

Selain itu pihaknya juga memberikan support konsumsi kepada pengendara kargo nan terjebak kemacetan panjang tersebut. "Ini kami lakukan sejak kemacetan terjadi," kata Drajat.

Ia mengatakan antrean panjang ini disebabkan adanya peningkatan volume bongkar muat peralatan di Terminal NPCT1 dan sejumlah terminal lainnya setelah adanya tiga kapal kargo nan sandar di pelabuhan tersebut.

"Kapal mengalami delay dan terjadi peningkatan bongkar muat," kata dia.

Ia mengatakan setiap pengemudi truk kontainer nan bakal masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok ini sudah mempunyai arsip pengambilan peti kemas. "Kalau tidak ada arsip tentu tidak boleh masuk," kata dia.

Memang terjadi peningkatan kendaraan dari kapabilitas 2.500 di terminal NPCT1 menjadi 4.200 kendaraan sehingga menimbulkan penumpukan dan menyebabkan kemacetan panjang.

Selengkapnya