Prabowo Dukung Marsinah Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Sedang Trending 23 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto bakal mendukung aktivis pekerja wanita nan gugur saat masa Orde Baru, Marsinah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Marsinah dikenal sebagai pekerja nan aktif untuk memperjuangkan nasib rekan-rekannya.

Prabowo menyampaikan usulan Marsinah diangkat menjadi pahlawan nasional datang dari ketua serikat buruh. Mereka mempertanyakan kenapa tak ada kaum pekerja nan menjadi pahlawan nasional.

"Saya juga, atas usul dari pimpinan, tokoh-tokoh masyarakat buruh, mereka sampaikan ke saya, 'Pak kenapa sih pahlawan nasional enggak ada dari kaum buruh?'," kata Prabowo saat aktivitas peringatan Hari Buruh Internasional alias May Day di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Kamis (1/5/2025).

Lalu, Prabowo meminta saran kepada ketua serikat pekerja dan tokoh masyarakat siapa sosok nan cocok diangkat menjadi pahlawan nasional untuk mewakili kaum buruh. Setelah bermusyawarah, ketua pekerja pun mengusulkan nama Marsinah menjadi pahlawan nasional.

"Saya tanya, kalian ada saran enggak coba kalian berembug usulkan pahlawan dari kaum buruh. Dan mereka sampaikan, 'Pak, gimana jika Marsinah pak?' Marsinah jadi pahlawan nasional ," ujar dia.

Prabowo pun siap mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional. Namun, kata dia, semua ketua pekerja juga menyepakati usulan tersebut.

"Asal seluruh ketua pekerja mewakili kaum buruh, saya bakal mendukung Marsinah bakal menjadi pahlawan nasional," tutur Prabowo.

Sosok Marsinah

Melansir dari beberapa sumber, Marsinah merupakan aktivis dan pembela kewenangan pekerja kelahiran 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Dia merupakan anak dari pasangan Astin dan Sumini.

Marsinah juga diketahui mempunyai kakak wanita berjulukan Marsini dan adik wanita berjulukan Wijati. Ketika masa Orde Baru, Marsinah melalui kisah hidup nan berhujung dengan tragis.

Awalnya, Marsinah nan hanya lulusan SLTA memutuskan untuk merantau di tahun 1989 ke Surabaya. Dia juga mempunyai kemauan mengenyam pendidikan perkuliahan tetapi kudu pupus lantaran kondisi ekonomi nan tidak memungkinkan.

Berada di Surabaya, Marsinah tinggal di rumah Marsini nan telah berfamili dan bekerja di pabrik plastik SKW di Kawasan Industri Rungkut.

Namun, gajinya di pabrik tersebut jauh dari cukup sehingga tetap mencari tambahan penghasilan dengan berdagang nasi bungkus.

Selain itu, Marsinah juga pernah bekerja di sebuah perusahaan pengemasan peralatan sebelum akhirnya pindah ke pabrik arloji PT Catur Putra Surya (PT CPS) di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo pada 1990.

Ketika bekerja di PT CPS, Marsinah dikenal sebagai pekerja nan aktif untuk memperjuangkan nasib rekan-rekan sesamanya. Dia juga berasosiasi menjadi aktivis dalam organisasi pekerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT CPS.

Kemudian pada 1993, pemerintah mengeluarkan petunjuk Gubernur KDH TK I Jawa Timur dalam surat info No. 50/Th. 1992 nan berisi imbauan kepada pengusaha Jawa Timur untuk meningkatkan penghasilan pokok tenaga kerja sebesar 20 persen.

Namun kala itu, imbauannya tidak segera dipenuhi oleh para pengusaha termasuk PT CPS tempat Marsinah bekerja. Alhasil memicu tindakan unjuk rasa dari para pekerja nan menuntut kenaikan upah.

Pada 2 Mei 1993, Marsinah terlibat dalam rapat perencanaan unjuk rasa nan digelar di Tanggulangin, Sidoarjo. Sehari kemudian para pekerja mencegah teman-temannya bekerja untuk melakukan tindakan mogok.

Namun, Komando Rayon Militer (Koramil) setempat langsung turun tangan untuk mencegah tindakan para pekerja PT CPS tersebut. Adapun pada 8 Mei 1993 para pekerja mogok total dan mengusulkan 12 tuntutan kepada PT CPS.

Marsinah menjadi salah satu dari 15 orang perwakilan pekerja nan melakukan perundingan dengan pihak perusahaan dan tetap terlibat hingga 5 Mei 1993. Pada siang harinya, sebanyak 13 pekerja dianggap menghasut rekan-rekannya untuk berunjuk rasa.

Mereka digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo dan dipaksa mengundurkan diri pada PT CPS lantaran dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah tenaga kerja lain bekerja.

Ditemukan Tewas Mengenaskan

Marsinah nan mendengar kondisi tersebut dikabarkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan 13 rekannya. Kemudian pada malam harinya sekitar pukul 10 dia dikabarkan menghilang.

Marsinah dikabarkan menghilang sejak 5 Mei 1993 waktu malam hingga akhirnya ditemukan tewas mengenaskan di Nganjuk pada 9 Mei 1993. Berdasarkan hasil autopsi, Marsinah diketahui meninggal bumi pada 8 Mei 1993.

Kemudian dari hasil autopsinya penyebab kematiannya dikarenakan penganiayaan berat dan diketahui juga telah diperkosa. Kematian Marsinah memicu reaksi keras masyarakat dan menuntut pemerintah mengusut tuntas serta mengadili para pelaku pembunuhan.

Namun, upaya dalam menemukan pelaku sampai saat ini tetap belum ditemukan dan jadi misteri. Sosoknya sekarang tetap dikenang sebagai pahlawan pekerja dan sempat dianugerahi penghargaan Yap Thiam Hien dan kisah hidupnya terus diceritakan terutama pada hari buruh.

Kisah hidup Marsinah juga diangkat ke dalam beragam karya sastra hingga seni pementasan. Keberanian nan dimiliki Marsinah menjadi inspirasi terutama dalam bumi pekerja sampai saat ini.

Selengkapnya