ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Operator telekomunikasi AS AT&T dan Nokia menandatangani perjanjian ekspansi multi-tahun untuk meningkatkan jasa bunyi AT&T dan otomasi jaringan 5G di AS.
Kesepakatan terjadi setahun setelah Nokia kalah dengan Ericsson dalam perjanjian senilai US$ 14 miliar dengan AT&T. Ericsson dipilih AT&T pada akhir 2023 lampau untuk membangun jaringan telekomunikasi nan bakal mencakup 70% trafik nirkabel di Amerika Serikat pada akhir 2026.
Baru-baru ini, perusahaan asal Finlandia itu mengumumkan kesepakatan lima tahun dengan AT&T dengan nilai nan lebih mini untuk membangun jaringan fiber di AS.
Kedua perusahaan kemudian sepakat untuk memanfaatkan aplikasi voice core berbasis cloud dan penggunaan perangkat lunak otomasi jaringan Nokia.
"Ini adalah kesepakatan krusial bagi Nokia, memperkuat hubungan nan kuat dan telah berjalan lama antara Nokia dan AT&T, dan mencakup beberapa tahun dan teknologi nan bakal memungkinkan fungsionalitas 5G nan baru," kata Raghav Sahgal, presiden Cloud and Network Services di Nokia, dikutip dari Reuters, Rabu (5/2/2025).
Nokia mengatakan bahwa peningkatan ke jaringan inti AT&T bakal memungkinkan jasa bunyi baru, seperti integrasi keahlian AI dan pembelajaran mesin.
Kedua perusahaan menolak untuk mengungkapkan nilai kesepakatan tersebut.
"Kami senang dapat melanjutkan hubungan kami dengan Nokia untuk lebih mengoptimalkan operasi jaringan kami dan memungkinkan jasa baru nan lebih baik untuk mendukung kebutuhan pengguna kami nan terus berkembang," ujar Senior Vice President Yigal Elbaz dari AT&T's Technology & Network Services.
Minggu lalu, Nokia melaporkan untung operasional dan penjualan kuartal keempat nan lebih kuat dari perkiraan, dibantu oleh permintaan nan lebih tinggi untuk perangkat telekomunikasi dari operator seluler di Amerika Utara dan India. Mereka mengaku optimis dengan prospek tahun 2025.
Untuk memanfaatkan ledakan AI, Nokia setuju untuk membeli Infinera dalam kesepakatan senilai US$ 2,3 miliar tahun lampau demi mendapatkan untung dari miliaran dolar investasi nan mengalir ke pusat-pusat info seperti proyek Stargate senilai US$ 500 miliar nan didukung oleh OpenAI, SoftBank dan Oracle.
Nokia Dulu Raja HP Dunia
Generasi milenial sempat merasakan masa kejayaan Nokia di pasar HP. Di era 90-an hingga 2.000-an awal, produk-produk Nokia dijuluki 'HP sejuta umat'.
Antara tahun 1996 dan 2000, jumlah pegawai di Nokia Mobile Phones (NMP) meningkat 150 persen menjadi 27.353, sedangkan pendapatan selama periode tersebut naik 503 persen.
Pada puncaknya, raksasa Finlandia tersebut menguasai pangsa pasar ponsel dunia lebih dari 40 persen. Namun, kesohorannya tak memperkuat lama. Penurunan upaya Nokia dimulai dengan penjualan upaya telepon selulernya ke Microsoft pada tahun 2013.
Tak memperkuat lama di bawah Microsoft, merek Nokia kembali mencari peruntungan saat dibeli HMD Global pada 2016. Selang beberapa tahun, HMD Global pun memutuskan mengembangkan HP dengan nama mereknya sendiri.
Kehadiran pesaing seperti Apple, Samsung dan produsen lainnya bisa saja disalahkan atas kematian Nokia. Kendati demikian, keruntuhan Nokia sudah terjadi di internal, sebelum perusahaan-perusahaan lain memasuki pasar ponsel.
Lantas, Nokia sekarang sudah 'move on' dan menggarap upaya B2B di sektor telekomunikasi, dengan menyediakan perangkat nan memungkinkan hubungan wireless. Selain itu, Nokia juga terus mengembangkan perusahaan dengan mulai menggenjot teknologi AI.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: