Perang Likuiditas Makin Sengit! Bank Ini Bakal Jadi Korban

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Persaingan industri perbankan dan pemerintah meraup pendanaan semakin ketat, seiring keadaan ekonomi tetap tak menentu. Bankir mengungkapkan bahwa dalam "kompetisi" ini, bank-bank berukuran menengah, ialah KBMI III menjadi pihak nan "kejepit".

Wakil Ketua Umum IV Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Taswin Zakaria mengatakan golongan bank itu mempunyai istilah "kejepit" lantaran likuiditas lebih mudah diraup oleh bank KBMI IV nan mempunyai prasarana dan modal besar dan bank KBMI II dan KBMI I nan condong berani memberikan kembang tabungan nan tinggi.

"Jadi likuiditas itu jika nggak lari ke atas, lari ke bawah nggak pernah ke tengah," kata Taswin saat ditemui di Griya Perbanas, Senin (17/2/2025).

Namun begitu, eks Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) itu mengatakan dirinya tetap mempunyai optimisme besar pada digitalisasi perbankan. Menurutnya, ini adalah kesempatan bagi bank-bank ukuran menengah dan juga mini untuk bisa bersaing dengan bank-bank besar.

Jika bicara mengenai jumlah instansi cabang, pastinya bank-bank berukuran mini dan menengah kalah dengan big bank. Tetapi, Taswin mengatakan semua bank mempunyai ruang untuk melakukan penetrasi digital nan sama.

"Ketika bicara di space nan digital, boleh dibilang semua kan level playing field tetap rata," ujarnya.

Taswin berpendapat, bank-bank KBMI III perlu memanfaatkan kesempatan ini dengan investasi nan cukup di digitalisasi serta dalam memberikan promo-promo.

"Karena saya optimis banget bahwa digital itu bisa dan saya merasakan jika memang bank itu mau investasi nan cukup di digital app-nya dan juga sekaligus di promosinya, mereka bisa cukup bersaing. Saya merasakan walaupun ya dalam porsinya dalam proporsinya tetap masing-masing ya. Tapi jika serius bisa loh," tandasnya.

Taswin mengatakan investasi dalam digitalisasi dan promosi ini perlu dilakukan bank-bank berukuran mini dan menengah secara konsisten dan serius. Karena persaingan pasar di Indonesia sangat kompetitif.

Jika merujuk pada laporan finansial tahun 2024 beberapa bank berukuran menengah, beban kembang melonjak tinggi dan mengikis rasio efisiensi.

Sebagian besar tetap bisa mencetak pertumbuhan untung dan biaya pihak ketiga (DPK). Seperti PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara namalain Bank Sumut, dengan pertumbuhan untung hanya sebesar 0,09% yoy menjadi Rp740,72 miliar pada tahun 2024. Pertumbuhan DPK juga seret, hanya 1,76% yoy menjadi Rp33,20 triliun, dengan beban kembang melonjak 15,51% yoy.

Sekalipun, PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) sukses menurunkan beban bunganya sebesar 0,42% yoy, DPK hanya bisa tumbuh 0,42% yoy menjadi Rp12,57 triliun pada 2024. Bank itu memang mencetak kenaikan untung 7,48% menjadi Rp109,38 miliar, namun efisiensi keahlian bank itu tetap buruk.

Dengan dengan rasio beban operasional pendapatan operasional (BOPO) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan kembang bersih alias cost to income ratio (CIR) tercatat di posisi masing-masing 97,13% dan 97,21%.

Beberapa juga mengalami penurunan pertumbuhan laba. Seperti bank pelat merah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) nan mencatatkan penurunan untung sebesar 14,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 3 triliun pada tahun 2024. Beban kembang tercatat melonjak 22% yoy.

Kemudian, efisiensi kerja bank itu juga menurun dengan BOPO membengkak menjadi 88,70% dan CIR nan membengkak menjadi 57,15%.

PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jakarta namalain Bank DKI juga mencatatkan penurunan untung sebesar 23,62% yoy menjadi Rp779,09 miliar pada akhir tahun lalu. DPK Bank DKI pun hanya bisa tumbuh di bawah 1%, ialah 0,71% yoy menjadi Rp64,08 triliun.

Walaupun beban kembang Bank DKI dapat terjaga dengan kenaikan 0,60% yoy, efisiensi keahlian menurun dengan BOPO dan CIR naik, masing-masing menjadi 84,98% dan 62,27%.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Perbankan, Mandat LPS Diperluas Setara LPS Negara Maju

Next Article Ketakutan Jokowi di Akhir Jabatan Makin Nyata, Sudah Disorot DPR

Selengkapnya