Perang Dagang Pecah, Sejauh Mana Dampaknya Buat Investasi Di Ri?

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu buka-bukaan soal bergejolaknya ekonomi dunia imbas adanya tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Menurutnya, kebijakan nan diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Awal April 2025 ini bakal berakibat secara global.

Menurutnya, tarif resiprokal nan kemudian memicu pecahnya perang jual beli bakal meningkatkan ketidakpastian dunia. Imbasnya para pengusaha kudu menyesuaikan lagi strategi investasi dan rencana perdagangan mereka.

"Efeknya apa secara global? nan pasti secara dunia ini ketidakpastian, peningkatan ketidakpastian. Banyak strategi rencana investasi dan trade setelah terjadi tarif reputasional ini menjadi adjustment," ujarnya dalam detikaicom Indonesia Investment Talk Series, Senin (28/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rantai pasok dunia juga bakal terganggu dengan adanya perang jual beli antar negara. Hal ini bakal mempengaruhi beragam sektor strategi seperti otomotif, petrokimia, elektronik, dasar kaki, dan lainnya.

"Dan juga terjadi pengalihan strategi perdagangan, strategi investasi nan juga kaitannya sangat besar terhadap rantai pasok dunia itu sendiri. Kemudian nan ketiga, tentunya juga pasti berakibat terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara nan berkembang, ini juga pasti bakal terjadi pengaruh terhadap itu," bebernya.

Bagi Indonesia, neraca perdagangan dengan AS memang mencatatkan surplus alias nilai ekspor lebih tinggi dibanding nilai impor. Oleh lantaran itu dia menduga bakal ada penyesuaian nan bakal dilakukan Indonesia.

Penyesuaian ini kemungkinan dilakukan untuk sektor-sektor seperti elektronik, furniture, hingga dasar kaki. Kebijakan tersebut pada akhirnya bakal mempengaruhi investasi pada sektor-sektor tersebut.

"Karena produk kita nan selama ini menjadi sasaran ekspor kita ke Amerika dengan pengenaan tarif saat ini tentu bakal menjadi punya daya saing nan tidak kompetitif untuk masuk ke Amerika. Dan ini juga pasti bakal berakibat terhadap sektor-sektor investasi nan ada di negara kita," sebutnya.

Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa investasi menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 8%, alias sesuai sasaran nan dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Meski terlihat ambisius, kata dia, tapi dia percaya Indonesia bisa mencapai sasaran tersebut.

"Ini nomor ambisius, tetapi jika kita memandang info di tahun 2024, salah satu negara tetangga kita itu Vietnam, itu sekarang sudah masuk ke nomor pertumbuhan ekonomi mereka di nomor 7,04%. Dan itu signifikan sumbangsihnya berasal daripada arus investasi nan masuk di negara mereka," tutur Todotua.

Tahun 2024 investasi nan masuk area Asia Tenggara tercatat sebesar US$ 240 miliar. Dari jumlah tersebut, investasi nan masuk ke Vietnam mencapai US$ 156 miliar, sementara ke Indonesia baru US$ 39 miliar.

"Itu kontribusi nan masuk ke Vietnam itu sekitar US$ 156 miliar. Kita hanya kebagian sekitar US$ 39 miliar. Artinya apa? Artinya ini menunjukkan bahwa peran sektor investasi ini sangat berpengaruh sekali dengan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara," tutupnya.

(ily/eds)

Selengkapnya