ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Harga minyak bumi melemah di awal pekan ini, dipicu ketidakpastian pasar atas sinyal campuran dari kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap China. Di sisi lain, prospek permintaan dunia nan melemah turut menambah tekanan pada harga.
Mengacu info Refinitiv pada perdagangan Senin (14/4/2025), nilai minyak Brent perjanjian Juni ditutup turun ke US$64,47 per barel, dari posisi sebelumnya di US$64,76. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga terkoreksi ke US$61,20 per barel, turun tipis dari US$61,50.
Harga Brent tetap bergerak di kisaran terendah empat tahun terakhir, menandakan sentimen pasar nan cukup rapuh. Pasar daya dunia sekarang konsentrasi pada dua rumor utama: ketegangan jual beli AS-China dan arah kebijakan pasokan dari negara produsen utama seperti Arab Saudi.
Ketidakpastian meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bakal tetap memberlakukan tarif universal sebesar 10% untuk seluruh impor elektronik, serta tarif tambahan hingga 145% untuk produk dari China, nan mencakup minyak dan komoditas strategis lainnya.
Meski ada pelonggaran sementara untuk elektronik, Trump menyebut perihal tersebut hanya berkarakter sementara dan tarif penuh tetap bakal dikenakan dalam beberapa bulan mendatang. Sebagai respons, China membalas dengan tarif 125% untuk barang-barang asal AS.
Arah kebijakan ini memicu kekhawatiran pasar atas terganggunya rantai pasok dunia serta tekanan ekonomi nan makin berat bagi China, nan saat ini merupakan importir minyak terbesar dunia.
Di sisi lain, Menteri Energi AS Chris Wright menyatakan bahwa pemerintahan Trump bakal mendorong agar harga energi, termasuk minyak, berada di level nan lebih rendah untuk menekan inflasi domestik.
Trump diketahui terus menekan OPEC agar meningkatkan produksi dan menurunkan nilai minyak, meskipun negara-negara produsen belum sepenuhnya merespons permintaan tersebut. Data bulanan dari OPEC dijadwalkan rilis pekan ini dan bakal menjadi konsentrasi utama pelaku pasar.
Trump juga menyatakan bakal meningkatkan produksi daya AS secara signifikan. Namun pasar menilai peningkatan produksi ini tetap bakal memerlukan waktu, mengingat investasi dan pembangunan prasarana daya memerlukan waktu bertahun-tahun.
Pasar tetap bakal mencermati arah lanjutan ketegangan jual beli AS-China serta pernyataan lanjutan dari OPEC. Untuk saat ini, pelaku pasar condong mengambil posisi hati-hati, mengingat sentimen negatif dari sisi permintaan tetap membayangi.
Dengan latar belakang esensial dunia nan belum stabil, nilai minyak diperkirakan bakal bergerak naik turun dengan kecenderungan melemah, setidaknya hingga ada kepastian baru dari sisi kebijakan daya maupun pemulihan ekonomi global.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak
Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina