ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Peraih lencana emas Paralimpiade Annabelle Williams membagikan strategi menghadapi kegagalan dalam kehidupan. Perenang asal Australia itu mengetahui dua langkah jitu setelah mengalami banyak kekalahan sepanjang karier.
Ia menjelaskan beragam kekalahan kudu dilalui sebelum bisa meraih lencana emas Paralimpiade 2012 bagian renang style tukar estafet campuran 4 x 100 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menang satu lencana emas. Saya berada di tim Australia selama nyaris 10 tahun. Saya lebih sering kalah daripada menang," ujar Williams dalam Let Your True Colours Shine: Leadership Series di Museum MACAN, Jakarta, Kamis (13/2).
"Menurut saya, pertama-tama, sangat krusial untuk tidak mengabaikan emosi Anda ketika gagal. Penting untuk merasa sedih, kesal, kecewa," lanjutnya.
Annabelle Williams kemudian mengaku mempunyai dua langkah untuk mengatasi kegagalan. Cara pertama nan dapat dilakukan adalah dengan meluangkan waktu unik untuk meresapi emosi jengkel alias kecewa nan muncul.
Ia menilai emosi itu perlu mendapat perhatian agar bisa terluapkan dengan baik. Cara ini pun membantunya beranjak dan tidak lagi memikirkan keadaan tersebut.
[Gambas:Video CNN]
"Jika saya merasa patah hati lantaran sesuatu, saya bakal meluangkan waktu di almanak saya untuk memikirkannya," ujarnya dalam obrolan panel nan dipandu Desi Anwar.
"Di almanak digital saya, hari Selasa pukul 2 sampai 3 sore, saya bakal memikirkan sungguh kecewa dan terpukulnya saya dengan perihal itu," lanjut Williams. "Dan di luar waktu itu, saya tidak bakal memikirkannya lagi."
Metode kedua nan kerap dilakukan Annabelle Williams adalah dengan menetapkan skala musibah alias kekacauan. Skala itu berfaedah untuk menilai seberapa kacau kejadian tersebut berakibat bagi dirinya.
Perenang itu menjelaskan skala itu berkisar dari 0 sampai 100. Semakin tinggi skalanya, semakin genting pula urusan alias kejadian nan dihadapi Annabelle.
Namun, berkah itu pula, dia menjadi sadar sebagian masalah nan dihadapi rupanya tidak mempunyai skala besar sehingga tidak perlu dipikirkan terlalu dalam.
"Setiap kali saya mengalami kegagalan, sesuatu nan tidak beres, saya berpikir, di mana perihal ini masuk dalam skala musibah saya?" ujar Annabelle.
"Dan skalanya adalah dari 0 sampai 100. Nol itu seperti menumpahkan segelas air, sementara 100 itu seperti didiagnosis menderita penyakit kronis alias kehilangan orang tersayang dan semacamnya," lanjutnya.
"Dan kenyataannya adalah, sebagian besar perihal nan kita anggap mengerikan, hal-hal nan mengerikan, sebenarnya berada pada skala musibah nan rendah. Dan itu selalu memberi saya banyak perspektif," sambung Annabelle.
Annabelle Williams menjadi salah satu narasumber dalam Let Your True Colours Shine: Leadership Series. Ajang itu digelar PT Mowilex dengan support dari Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) dan detikai.com.
Acara ini mengangkat tema ketangguhan (grit) dan kreativitas, membujuk semua generasi memandang tantangan sebagai kesempatan untuk bertumbuh.
Mowilex menegaskan bahwa keberhasilan lahir dari keberanian menghadapi rintangan dan kepercayaan untuk terus berkembang. Semangat ini telah menjadi bagian dari perjalanan Mowilex sejak didirikan oleh Maria Agustinus Agus Sasmito pada 1970.
CEO PT Mowilex Indonesia, Niko Safavi, menyampaikan bahwa kampanye Let Your True Colours Shine menjadi langkah Mowilex merayakan warna dan produktivitas sebagai bahasa universal nan menginspirasi dan menyatukan.
"Melalui aktivitas ini, kami berambisi dapat menginspirasi setiap perseorangan dari semua generasi untuk merangkul karakter mereka, merayakan keberagaman, dan tetap relevan dengan semangat nan mau disampaikan oleh Mowilex untuk let their true colours shine," ujar Niko dalam pernyataan resmi, Senin (10/2).
(frl/chri)