ARTICLE AD BOX
detikai.com
Sabtu, 26 Apr 2025 06:02 WIB

Jakarta, detikai.com --
Pakistan yakin investigasi internasional diperlukan atas pembunuhan 26 laki-laki di lokasi wisata di Kashmir, India minggu ini. Melalui pernyataan Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif, pihaknya juga bersedia bekerja sama dengan investigator internasional.
Asif mengatakan kepada New York Times dalam sebuah wawancara bahwa Pakistan "siap bekerja sama" dengan "investigasi apa pun nan dilakukan oleh pengawas internasional."
India mengatakan ada unsur Pakistan dalam serangan pada hari Selasa (22/4), tetapi pihak Islamabad membantah keterlibatan apa pun. Kedua negara sama-sama menyatakan wilayah pegunungan tersebut, tetapi masing-masing hanya menguasai sebagian wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak serangan itu, negara-negara bersenjata nuklir tersebut telah melancarkan serangkaian tindakan terhadap satu sama lain, dengan India menangguhkan Perjanjian Perairan Indus nan krusial dan Pakistan menutup wilayah udaranya untuk maskapai penerbangan India.
Asif mengatakan kepada surat berita tersebut bahwa India telah menggunakan akibat dari serangan militan tersebut sebagai dalih untuk menangguhkan perjanjian air dan untuk tujuan politik dalam negeri.
India, mengambil langkah-langkah untuk menghukum Pakistan "tanpa bukti apa pun, tanpa penyelidikan apa pun," imbuhnya.
"Kami tidak mau perang ini berkobar, lantaran berkobarnya perang ini dapat menyebabkan musibah bagi wilayah ini," kata Asif kepada surat berita tersebut.
Sebuah golongan militan nan kurang dikenal, Kashmir Resistance, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dalam sebuah pesan media sosial.
Badan keamanan India mengatakan Kashmir Resistance, nan juga dikenal sebagai The Resistance Front, adalah kedok bagi organisasi militan nan berbasis di Pakistan seperti Lashkar-e-Taiba dan Hizbul Mujahideen.
Asif membantah tuduhan tersebut dalam wawancara itu. Ia mengatakan Lashkar-e-Taiba "tidak berfungsi" dan tidak mempunyai keahlian untuk merencanakan alias melakukan serangan dari wilayah nan dikuasai Pakistan.
"Mereka tidak mempunyai pengaturan apa pun di Pakistan," katanya, menurut surat berita tersebut, melansir The Straits Times.
"Orang-orang itu, apa pun nan tersisa dari mereka, mereka terkekang. Beberapa dari mereka berada dalam tahanan rumah, beberapa dari mereka ditahan. Mereka sama sekali tidak aktif," kata pejabat tersebut.
(wiw)
[Gambas:Video CNN]