ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Penggunaan gadget secara berlebihan pada anak-anak bisa memicu beragam masalah emosional dan perilaku. Ini terungkap dalam studi komprehensif terbaru nan dilakukan oleh American Psychological Association dan dipublikasikan di jurnal Psychological Bulletin.
Penelitian ini menganalisis 117 studi berbeda nan melibatkan lebih dari 292.000 anak usia di bawah 10 tahun dari beragam negara, termasuk AS, Australia, Kanada, Jerman, dan Belanda.
Hasilnya menunjukkan adanya kaitan kuat antara waktu layar nan tinggi dengan beragam masalah sosial-emosional, seperti kecemasan, depresi, agresivitas, dan rendahnya rasa percaya diri.
"Anak-anak makin banyak menghabiskan waktu di depan layar, mulai dari hiburan, tugas sekolah, hingga komunikasi dengan teman," ujar Michael Noetel, penulis studi sekaligus guru besar ilmu jiwa dari Queensland University, Australia, dikutip dari Newsweek, Jumat (13/6/2025).
Peneliti menemukan bahwa peningkatan waktu layar bisa menyebabkan masalah emosional dan perilaku. Sebaliknya, anak-anak nan mengalami masalah emosional juga condong beranjak ke layar sebagai corak pelarian.
Noetel dan rekan-rekannya berfokus pada penelitian nan mengikuti anak-anak selama setidaknya enam bulan. Mereka mengawasi semua jenis aktivitas berbasis layar-mulai dari menonton TV dan video game hingga media sosial dan tugas sekolah online.
Hasilnya, anak-anak nan terlalu sering menggunakan perangkat seperti HP, tablet, dan komputer berisiko mengalami masalah psikologis.
Di sisi lain, anak-anak nan sudah mengalami masalah tersebut justru makin intens menggunakan layar, terutama untuk bermain gim.
Dampaknya juga bervariasi berasas usia dan jenis kelamin. Anak usia 6-10 tahun lebih rentan dibandingkan balita.
Anak wanita condong mengalami gangguan emosional, sementara anak laki-laki lebih sering menambah waktu layar sebagai corak coping.
Jenis konten juga berkedudukan penting. Penggunaan untuk bermain gim mempunyai akibat negatif nan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan untuk edukasi alias intermezo pasif seperti menonton film.
Menurut Noetel, pendekatan terhadap penggunaan layar kudu lebih dari sekadar membatasi waktu yanh tak kalah krusial adalah memahami isi konten dan argumen anak menggunakan gadget.
Dia menyarankan agar orang tua menggunakan perangkat seperti kontrol orang tua, tetapi juga menyadari bahwa anak-anak nan sangat sering menggunakan layar mungkin memerlukan support emosional, bukan hanya patokan nan lebih ketat.
Sementara itu, Roberta Vasconcellos, penulis utama dan intelektual kesehatan dari University of New South Wales, menegaskan pentingnya pendekatan nan lebih cermat.
"Dengan memahami hubungan dua arah antara penggunaan layar dan masalah sosial-emosional, orang tua, guru, dan kreator kebijakan bisa mendukung perkembangan anak secara lebih sehat di era digital," ujarnya.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Makin Dekat, 100 Gunung Berapi di Bawah Laut Mulai Bergejolak