Pemuda Katolik Dorong Pemerintah Dukung Sosialisasi Deklarasi Jakarta-vatikan Untuk Kaum Muda

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Pemerintah melalui lembaga-lembaga negara, seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), semestinya mendukung sosialisasi Deklarasi Jakarta-Vatikan sebagai instrumen penguatan nilai kebangsaan dan toleransi lintas iman, khususnya di kalangan generasi muda.

Kira-kira pembahasan ini jadi topik obrolan terpumpun bertema “Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Meneguhkan Semangat Kebangsaan dan Dialog Lintas Iman” nan digelar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila di Sekretariat PP Pemuda Katolik, Jakarta Pusat pada Selasa, 3 Juni 2025 malam.

"Walaupun Pancasila sudah menjadi dasar negara, implementasinya tetap menghadapi tantangan. Kita tetap menjumpai kasus-kasus sulitnya membangun tempat ibadah dan halangan lainnya. Kita mau menyinergikan nilai-nilai Pancasila dengan semangat lintas ketaatan nan tertuang dalam Deklarasi Jakarta-Vatikan,” tegas Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Gusma, dalam keterangan diterima.

Gusma juga mengingatkan bahwa deklarasi tersebut lahir dari pertemuan pemuda lintas kepercayaan dengan Paus Fransiskus di Vatikan, dan menjadi arsip krusial nan mencerminkan komitmen akar rumput terhadap perdamaian dan persaudaraan.

Diskusi pun semakin dalam saat para narasumber dari beragam kalangan, di antaranya Direktur Pengkajian Implementasi BPIP Dr. Irene Camelyn Sinaga, Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI RD Aloysius Budi Purnomo, wartawan senior dan Dewan Pengawas LKBN Antara Mayong Suryo Laksono, serta aktivis muda dan pembuat konten Ancilla Betaria Tirtana memyampaikan materinya.

Diawali RD Aloysius Budi Purnomo nan menegaskan bahwa Pancasila adalah bagian nan menyatu dengan kehidupan bangsa.

“Pancasila itu jiwa dan raga kita, ada di aliran darah dan debar jantung kita,” ujarnya.

Lebih dalam, Romo Budi menyebut Deklarasi Jakarta-Vatikan sebagai arsip nan berkarakter ekoteologis intereligius, mencakup seluruh kepercayaan dan kepercayaan, bukan hanya untuk katolik.

“Kita sedang membentuk persaudaraan ekoteologis intereligius dalam menghidupi Pancasila dan deklarasi ini,” tambah Romo Budi.

Ancilla Betaria Tirtana juga membujuk kaum muda agar tidak tinggal diam.

“Kita semua wajib bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Kalau bukan kita, siapa lagi?” katanya.

Sebab, gereja dan bangsa saat ini memerlukan bunyi nan segar dan penuh kasih, terutama di tengah maraknya ujaran kebencian.

“Ini bukan sekadar deklarasi, tapi rayuan nyata kepada generasi muda untuk bertindak. Dunia menunggu aksi, bukan sekadar omongan. Kita bisa mulai dari perihal mini nan krusial berdampak. Kolaborasi sosial adalah jembatan perdamaian. Mari kita jaga persatuan Indonesia dengan mengamalkan Pancasila sebagai generasi perdamaian dunia," kata Beta.

Mayong Suryo Laksono juga mengingatkan bahwa Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan mempunyai fondasi nilai nan sama: kebersamaan dan persaudaraan. Namun, dia menilai nilai-nilai ini sedang menghadapi tantangan nyata.

“Ada semacam ancaman dan gangguan di mana kebersatuan bangsa kita sedang terancam. Jangan diam-diam saja. Kalau tidak terus-menerus dihidupkan, maka bakal hilang. Demikian juga Pancasila dan arsip Jakarta-Vatikan ini. nan bisa kita lakukan adalah menjadikan keduanya sebagai pegangan langkah hidup kita,” ucapnya.

“Konkretnya, kita hidup baik-baik dengan lingkungan sekitar. Kita berada di wilayah di mana kita kudu jaga kebersamaan itu," sambungnya.

Selengkapnya