ARTICLE AD BOX
detikai.com
Minggu, 27 Apr 2025 15:15 WIB

Jakarta, detikai.com --
China mulai membatasi ekspor mineral langka nan menjadi komponen krusial dalam produksi perangkat utama sistem persenjataan (alutsista) Amerika Serikat (AS).
Kebijakan ini memperkuat kekhawatiran lama mengenai ketergantungan AS terhadap rantai pasokan dari China.
Pada awal April 2025, pemerintah China menerapkan kontrol ekspor terhadap tujuh komponen tanah jarang, ialah samarium, gadolinium, terbium, dysprosium, lutetium, scandium, dan yttrium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekspor mineral tersebut sekarang memerlukan lisensi unik nan dikeluarkan pemerintah dengan argumen keamanan nasional.
Langkah ini menambah daftar pembatasan ekspor China setelah pada Desember 2024 juga melarang pengiriman gallium, germanium, dan antimon, nan banyak digunakan dalam produksi semikonduktor, optik inframerah, serta amunisi penembus baja.
China selama ini menguasai pasar dunia dalam penambangan dan pemrosesan mineral langka. Pembatasan terbaru ini diperkirakan bakal berakibat pada produksi teknologi militer AS, termasuk sistem pemandu rudal hipersonik, radar, dan senjata berpemandu laser.
Melansir Defense One, Dan Darling dari Forecast International menyatakan meskipun pembatasan ini bukan merupakan larangan total, tanggungjawab lisensi ekspor bakal menciptakan ketidakpastian dan menghalang kelancaran pasokan komponen krusial ke produsen.
Ia juga menilai kebijakan ini mengingatkan pada langkah jawaban China terhadap Jepang pada 2010, ketika Beijing menggunakan kendali atas rantai pasok mineral sebagai perangkat tekanan geopolitik.
Pembatasan ini diperkirakan bakal memperumit upaya Pentagon dalam mempertahankan kelebihan teknologi militer di tengah situasi pasar dunia nan semakin bergejolak.
(del/pta)
[Gambas:Video CNN]