ARTICLE AD BOX
Jakarta -
PBSI tetap mengapresiasi atletnya meskipun Indonesia nirgelar di All England 2025. Perkembangan para pemain dinilai tak mengecewakan.
Alih-alih mempertahankan dua gelar, Indonesia kudu puas dengan status runner up di All England. Ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, satu-satunya wakil Indonesia nan sukses mencapai final, antiklimaks usai dikalahkan Kim Wom Ho/Seo Seung Jae. Mereka kalah dari dobel Korea Selatan tersebut lewat laga 19-21, 19-21.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabid Binpres Pelatnas PBSI Eng Hian mengatakan bahwa hasil All England 2025 bukan hasil nan mengecewakan. Satu runner up di sektor dobel putra dengan progres nan cukup baik dari Leo/Bagas.
"Tentunya kita tetap kudu apresiasi dan pertimbangan apa nan menjadi kekurangan dan kudu diperbaiki oleh pembimbing untuk kedepannya," kata Eng Hian dalam keterangan tertulisnya, Senin (17/3/2025).
"Dan untuk sektor nan lainnya, walaupun hasilnya belum sesuai nan kita harapkan tetapi perjuangan dan tentunya proses progres atlet-atlet kita ini juga tidak mengecewakan."
"Kita patut memberikan apresiasi untuk semua hasil nan dicapai dan kerja keras mereka, musuh juga tidak mudah mengalahkan mereka," lanjutnya.
Indonesia sekarang mengalihkan konsentrasi ke Swiss Open. Eng Hian berambisi para atletmendapatkan hasil nan lebih baik, mengingat Swiss Open mempunyai level nan lebih rendah dari All England.
Swiss Open 2025 berjalan di St Jakobshalle Basel Swiss pada tanggal 18-23 Maret dengan total bingkisan 250 ribu USD.
Indonesia terakhir meraih gelar di Swiss Open 2024 melalui dobel putri Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto.
"Kalau kita memandang persaingan nan ada dan beberapa top player bermain di sana, ini bisa menjadi tantangan buat pemain-pemain kita untuk membuktikan. Dan tentunya untuk prestasi mereka sendiri jika mendapatkan gelar di Swiss," kata Eng Hian.
(mcy/aff)