ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com — Jasa penagih utang alias nan biasa disebut debt collector menjadi sosok nan menakutkan bagi pengguna nan tidak bisa bayar kreditnya tepat waktu.
Seiring dengan pertumbuhan angsuran dan pembiayaan di Indonesia, nomor angsuran macet pun ikut terkerek naik. Hal ini nan ditangkap sebagai kesempatan upaya oleh sejumlah orang untuk menyediakan jasa penagihan.
Salah satunya adalah Budi Baonk, salah satu pendiri PT Marching Indo Creative nan bergerak di bagian koordinator 'mata elang' sekaligus praktisi Leasing Kendaraan, menceritakan alasannya menggeluti bagian ini.
Ia mengawali karirnya berdagang mobil bekas. Ketika membuka showroom, dia memandang bahwa 75% pembelian mobil jejak dibeli dengan langkah kredit.
"Dulu ngisi stock ini kan beli mobil second. 75% orang Indonesia beli mobil second itu kredit, sisanya cash. Dan mobil adalah produk paling banyak dijual kredit. Maka dari itu saya lihat potensinya di situ," ungkap dia saat diwawancara beberapa waktu lalu, dikutip Senin (26/5/2025).
Awalnya, dia sempat membeli stok mobilnya lewat balai lelang. Namun, dia mau mencari jalan agar bisa mendapat nilai nan lebih murah.
"Balai lelang ini kan dapat mobil dari angsuran macet di leasing nan ditarik. Jadi saya pangkas jalur dong ngapain saya ikut balai lelang. Langsung aja ke penarikan mobil," kata dia.
Menurut testimoninya, pendapatan nan dia dapat lewat jasa penagihan dan penarikan mobil nunggak lebih banyak dibandingkan saat dia membuka showroom mobil.
Selain itu, dia menambahkan, debt collector juga mendapatkan fee dari pengguna jasa. Biasanya besaran komisi tergantung dari jenis unit nan diamankan. Misalnya, jika mobilnya keluaran terbaru bakal lebih mahal daripada mobil produksi lama.
Harga juga dapat berbeda-beda tergantung entitas upaya debt collector itu sendiri. Biasanya penentuannya ditetapkan dari variabel track record perusahaan tersebut.
Ceruk upaya nan mendatangkan untung lebih besar adalah penagihan piutang perusahaan. Sektor ini nan dimanfaatkan salah satu famili dari keturunan John Kei. Diketahui, John Kei mempunyai nama besar di bumi penagihan utang dan 'penguasa jalanan'.
Salah satu generasi ketiga klan Kei, Ghezi Ngabalin mengaku nama besar John Kei sangat membantunya dalam upaya penagihan utang piutang nan sekarang dia geluti. Ghezi adalah salah satu keturunan John Kei nan menjadi debt collector di salah satu firma norma milik keponakan John, ialah Umar Kei.
Digawangi oleh Umar Kei, firma hukumnya berkutat di upaya penagihan nan menyasar ke area business to business (B2B), alias menjadi perantara penagih utang dari satu entitas upaya ke upaya lain.
Kepada detikai.com, Ghezi mengungkapkan bahwa usahanya ini dihargai berasas komisi. Biasanya komisi bisa beragam sesuai kesepakatan.
"Komisi bisa beragam, misalnya 10% dari total piutang satu proyek Rp3 miliar, ya bisa dapat sekitar Rp300 juta," ungkap Ghezi lewat sambungan telepon beberapa waktu lalu.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Tren Belanja Bergeser, E-Commerce Lokal Siapkan Solusi Lewat AI
Next Article 7 Aturan Baru Pinjol, Debt Collector Boleh Tagih Nasabah