ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut perdagangan karbon di Indonesia berpotensi untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan pasar karbon di area ASEAN dan juga pasar global. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi mengatakan, potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumber daya alam dan izin pendukung.
"Ini merupakan potensi nan besar bagi Indonesia potensi ini didukung oleh kekayaan sumber daya alam, pengembangan izin serta, komitmen kuat terhadap net zero emission dengan penguatan ekosistem perdagangan karbon, pengembangan infrastruktur, seperti IDX Karbon serta posisi strategis dalam dinamika pasar karbon," ujarnya saat rapat dengan Komisi XI di gedung DPR RI Jakarta, Selasa (25/2).
Menurutnya, Indonesia dapat mempunyai peran besar dan kunci dalam integrasi pasar karbon di tingkat regional maupun global. Peluang tersebut tecermin dari pengembangan perdagangan karbon nan meliputi penguatan sistem perdagangan karbon nan bermaksud untuk meningkatkan volume transaksi, baik di tingkat domestik maupun internasional seiring dengan bertambahnya unit karbon dari beragam sektor.
Selain itu, pengembangan produk derivative unit karbon diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan daya tarik pasar karbon di bursa karbon.
Di sisi lain, peningkatan transparansi dan akuntabilitas melalui pengembangan sistem ESG reporting bagi emiten menjadi aspek krusial dalam mendukung keberlanjutan perdagangan karbon dengan merujuk pada standar internasional seperti Greenhouse Gas Protocol.
Sebagai informasi, perdagangan bursa karbon di Indonesia mencatat nomor nan cukup tinggi jika dibandingkan dengan bursa karbon Jepang dan Malaysia. Perbandingan tersebut dianggap setara lantaran waktu peluncurannya tak jauh dengan perdagangan bursa karbon Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi mengatakan, perdagangan bursa karbon di Indonesia cukup maju dibandingkan dengan negara Jepang dan Malaysia.
"Kita lihat bahwasannya untuk Indonesia ini cukup maju," ujarnya.
Inarno mengungkapkan, volume transaksi bursa karbon di Indonesia per tanggal 24 Februari 2025 tercatat 1.557.000 ton. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan negara Jepang nan hanya 768.000 ton dan Malaysia nan sebesar 200.000 ton.
"Adapun volume transaksi nan diperdagangkan itu telah mencapai 1.557.000 ton 326 ton CO2 equivalent sebesar alias senilai Rp 76,56 miliar," ungkapnya.
Sementara, jika dilihat dari jumlah pengguna jasa juga meningkat dari nan sebelumnya 16 pengguna jasa itu menjadi 107 pengguna jasa. Saat ini jumlah unit karbon nan dapat diperdagangkan itu mencapai 2.242.000 ton.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Indonesia Resmi Punya Bursa Karbon Internasional
Next Article Malaysia Lewat, Volume Transaksi Bursa Karbon RI Lebih Tinggi