Now Or Never! Ini Kesempatan Terakhir Ri Lepas Dari Jebakan Kelas Menengah

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menyatakan sasaran pertumbuhan ekonomi 8% sangat mungkin untuk dicapai. Pasalnya perihal itu pernah dialami Indonesia pada beberapa tahun silam.

Rachmat mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 8% tidak terjadi 1-2 kali. Berdasarkan catatan nan dihimpun, tahun 1968 capaiannya apalagi pernah menyentuh 10,92% dan tahun 1980 juga mencapai 10%.

"Di antara itu, tahun 1973 8,1%, 1977 8,6%, apalagi tahun 1995 tetap 8,22%. Jadi kita punya pengalaman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tinggi sekaligus pemerataan," kata Rachmat dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (13/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rachmat menyebut periode ini adalah kesempatan terakhir pemerintah untuk mengejar sasaran pertumbuhan ekonomi tinggi dan berbobot agar bisa keluar dari perangkap pendapatan menengah alias middle income trap. Hal itu dikarenakan adanya bingkisan demografi nan kudu dimanfaatkan dengan baik.

"Kita tidak boleh terjebak dalam middle income trap. Kalau kita terjebak dalam middle income trap, kita tidak bakal bisa lepas dan ini adalah kesempatan terakhir kita, now or never," ucap Rachmat.

"Kenapa sekarang kesempatan kita? Karena bingkisan demografi kita ada di situ dan bingkisan demografi kita kudu diselesaikan untuk mencapai pertumbuhan tinggi dan berkualitas," tambahnya.

Adapun Indonesia digadang-gadang bakal mulai memetik bingkisan demografi pada tahun 2025-2037 dengan banyaknya masyarakat usia produktif. Diperkirakan jumlah masyarakat usia kerja bakal mencapai 76% dari jumlah masyarakat dan usia lanjut hanya mencapai 10,7%.

Rachmat menyebut bingkisan demografi Indonesia kudu dimanfaatkan dengan baik lantaran kondisi statistik sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri tidak baik-baik saja. Kondisi SDM nan jelek ditandai dengan 180 juta masyarakat Indonesia kurang gizi.

"Sepertiga dari anak muda mengalami stunting, ini nyaris irreversible (tidak dapat diubah lagi). Visa kita hanya sedikit dari Timor Leste," ungkapnya.

Kemudian, prevalensi TBC mencapai 1 juta orang, juga kematian lantaran penyakit tersebut mencapai 100 ribu orang per tahun. Rachmat juga mencatat, sebanyak 50 ribu bayi abnormal lahir setiap tahun.

"Jadi mari kita bersama-sama menyelesaikan ini. Pekerjaan kami berat," kata Rachmat.

Sebagaimana diketahui, pemerintah mematok sasaran pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2029 mendatang, dengan sasaran sasaran nan meningkat setiap tahunnya. Adapun tahun ini ditargetkan sebesar 5,3%, selanjutnya meningkat menjadi 6,3% pada 2026, 7,5% pada 2027, 7,7% pada 2028 dan menjadi 8% pada 2029.

(acd/acd)

Selengkapnya