ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Tuvalu, negara mini di area Pasifik, baru saja mencatat sejarah krusial dalam sistem keuangannya. Pada 15 April 2025, Tuvalu resmi meluncurkan mesin anjungan tunai berdikari (ATM) pertama di negaranya. ATM pertama ini langsung disambut antusias oleh masyarakat dengan memotong kue raksasa.
Mengutip CNN, Kamis (24/4/2025), negara kepulauan nan terletak di antara Australia dan Hawaii ini dikenal sebagai salah satu negara paling terpencil di dunia. Selama ini, seluruh transaksi, baik oleh penduduk lokal maupun turis-dilakukan secara tunai lantaran belum adanya akomodasi perbankan digital seperti ATM.
Peresmian ATM ini dilakukan di Pulau Funafuti, pulau utama Tuvalu. Perdana Menteri Feleti Teo datang langsung dalam seremoni peluncuran dan menyebut kehadiran ATM sebagai 'tonggak penting' dalam kemajuan ekonomi negara. Dalam aktivitas tersebut, PM Teo berbareng para pejabat lokal juga memotong kue cokelat besar sebagai simbol perayaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
General Manager Bank Nasional Tuvalu, Siose Teo, menilai kehadiran ATM ini merupakan pencapaian besar nan bakal memberikan akibat signifikan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bank Nasional Tuvalu adalah lembaga nan mengelola pengoperasian mesin-mesin ATM tersebut.
"Ini adalah perubahan besar nan membuka akses masyarakat terhadap jasa perbankan nan lebih modern dan terpercaya," ujar Nisar Ali dari Pacific Technology Limited, perusahaan nan turut merancang dan mengembangkan mesin ATM tersebut, seperti dilaporkan ABC Australia.
Tuvalu mempunyai populasi sekitar 11.200 jiwa dan hanya terdiri dari sembilan pulau mini dengan luas total sekitar 26 kilometer persegi. Negara ini juga hanya mempunyai satu airport nan terletak di Funafuti, dan melayani beberapa penerbangan dari Fiji setiap minggunya. Saat tak dipakai untuk penerbangan, landasan pacu airport ini kerap difungsikan penduduk sebagai tempat bermain, mulai dari sepak bola hingga rugby.
Transportasi antar pulau mengandalkan kapal feri lantaran tidak tersedia jasa penerbangan domestik.
Di sisi lain, Tuvalu juga menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim. Dengan titik tertinggi hanya sekitar 4,5 meter di atas permukaan laut, negara ini menjadi salah satu nan paling rentan terhadap naiknya permukaan air laut.
Dampaknya tidak hanya menggerus garis pantai, tetapi juga merusak lahan pertanian akibat intrusi air laut. Sementara itu, peningkatan suhu laut turut menakut-nakuti keberlangsungan ekosistem laut di sekitarnya.
Tuvalu sempat menjadi perhatian bumi pada tahun 2021, saat Menteri Luar Negeri saat itu, Simon Kofe, menyampaikan pidato dalam forum PBB sembari berdiri di air setinggi lutut. Pidatonya menjadi tindakan simbolik untuk menunjukkan ancaman nyata perubahan suasana bagi negaranya.
(fdl/fdl)