ARTICLE AD BOX
Tangerang -
Berawal dari modal Rp 10 juta, Yati Monalisa sukses membangun upaya batik unik Kota Tangerang. Mimpinya saat ini adalah bisa menjadi UMKM nan naik kelas. Karena itu, Yati sangat aktif mengikuti beragam aktivitas bertema pemberdayaan UMKM. Baik itu pelatihan, pameran, hingga kompetisi.
Yati bercerita awal mula dia mendirikan usahanya pada Desember 2023. Waktu itu, dia memutuskan membuka upaya batik sebagai kesibukan baru.
"Modal itu baru bikin satu canting sekitar Rp 800 ribu, kain, dan proses (produksi) sekitar 50 pcs. Memang sih pelan, tapi saya orangnya semampunya aja dulu," tuturnya ditemui detikaicom, Rabu (23/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penjualan dari modal awal itu digunakan Yati untuk menambah alat-alat produksi, seperti gawangan dan canting baru. Dia juga mulai menerima pesanan nan kebanyakan adalah seragam kelompok. Pesanannya juga tetap datang melalui WA dari kolega-kolega dan pameran-pameran.
Yati memasang nilai sesuai dengan tempat penjualan. Karena itu, Yati sangat terbantu ketika ada pameran cuma-cuma sehingga dia bisa menerapkan nilai promo.
"Satu batik nilai promonya Rp 325 ribu. Biasanya Rp 350-400 ribu, tergantung tempat," ujarnya.
Yati menunjukkan motif Penari Lenggang Cisadane. Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikaicom Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikaicom
Dengan kapabilitas produksi nan makin meningkat dari hari ke hari, Yati pun sering mendapat masukan dari orang-orang sekitarnya-terutama sesama pelaku UMKM-supaya dia mulai merambah toko online dan media sosial. Namun, Yati mengaku tetap kesulitan lantaran kudu merekrut orang tersendiri, sementara skala usahanya tetap kecil.
Kendati cukup sulit, Yati meyakini selalu ada jalan selangkah demi selangkah. Awalnya produk Yati dikenal di kalangan pemerintahan Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Lalu merambah ke kecamatan-kecamatan lain. Dari situ, namanya dikenal sampai ke Tangerang Selatan dan akhirnya diajak berasosiasi ke Asosiasi Industri Kreatif dan Pelaku Usaha (ASIPA) Tangerang Selatan.
Kemampuan Yati 'babat alas' ini tak lepas dari pengalamannya sebagai tenaga kerja sebuah toko batik ternama. Ketika tetap bekerja, Yati beberapa kali menangani event pagelaran di hotel-hotel. Ketika sudah merintis Batik Umi Aiman, dia juga sempat memasarkan produknya di satu-dua hotel di Tangerang. Sayangnya saat ini Yati memutuskan vakum sementara dan lebih konsentrasi ke pemesanan serta pameran-pameran.
"Tadinya sempat punya toko di hotel-hotel, tapi lantaran beberapa bulan ini agak sepi, pengusaha mini seperti saya ya agak mikir lantaran butuh perputaran duit cepat," ceritanya.
Jika ada kesempatan, Yati mau kembali membuka stan di hotel lantaran sesuai dengan pangsa pasarnya. Dia bisa menawarkan produknya ke tamu hotel nan datang untuk rapat, seminar, hingga lokakarya.
"Ramai sunyi tergantung hotelnya sih. Kalau ada rapat-rapat, biasanya ramai. Kita lihat dulu ini orangnya dari mana, lampau kita tawari batik nan sesuai," lanjutnya.
Demi naik kelas, Yati juga mendaftar ke beragam program pemberdayaan UMKM. Kebetulan Yati merupakan UMKM bimbingan Rumah BUMN BRI Jakarta, sehingga tidak pernah ketinggalan info seputar program-program pemberdayaan UMKM, salah satunya ialah Program BRIncubator 2025.
"BRIncubator ini tahu dari IG Rumah BUMN BRI Jakarta. Teman-teman juga pada nyebarin. Saya sudah daftar," tuturnya.
Yati beriktikad ikut BRIncubator untuk mengembangkan usahanya agar bisa dikenal di luar Tangerang Kota. Selain itu, dia bermimpi agar bisa ikut pameran skala nasional. Namun, dia kudu lulus kurasi lebih dulu jika mau menjadi peserta.
"Ingin ikut ini untuk naik kelas. Kita kudu punya sasaran itu. Ke depan inginnya juga bisa ikut pameran skala nasional nan besar, itu angan semua pengusaha fashion," jelasnya.
Tentang BRIncubator
BRIncubator merupakan program training dan pendampingan bagi UMKM nan telah terkurasi dengan berorientasi pada peningkatan kapabilitas serta kapabilitas pelaku UMKM bimbingan BRI sehingga tervalidasi ekspor. Melalui program BRIncubator dilakukan proses training secara terfokus dan terstruktur nan disertai dengan pendampingan intensif sehingga diharapkan pelaku UMKM naik kelas.
Tujuan program BRIncubator adalah mendorong pelaku UMKM nan sudah siap ekspor bisa memasarkan produknya di pasar internasional. Hingga saat ini, sudah lebih dari 1.600 UMKM nan telah mengikuti program nan dimulai sejak 2018.
"Tahun 2025 ini, kami mengharapkan lebih dari 1.000 pelaku UMKM bisa berasosiasi dengan program BRIncubator sehingga bakal memperbanyak pelaku UMKM siap ekspor baru di Indonesia," jelas Muhammad Candra Utama, SEVP BRI, melalui keterangan kepada detikaicom, Senin (28/4/2025).
(des/hns)