Modal Asing Keluar Gegara Tarif Trump, Bos Bi-menkeu Temui Investor Di As

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dirinya menemui penanammodal dunia di Amerika Serikat (AS) untuk menjelaskan mengenai kondisi perekonomian dan biaya asing nan keluar dari Indonesia.

Perry menjelaskan aliran modal asing keluar (net outflow) disebabkan lantaran respons atas kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump, sehingga modal asing keluar dan mencari portofolio ke negara dan aset lebih aman.

"Tentu saja langkah-langkah nan kami lakukan berbareng Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati) di New York berjumpa para penanammodal dan saya juga di Washington DC juga berjumpa para penanammodal untuk memberikan penjelasan-penjelasan ini dan secara umum para penanammodal dunia itu tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia," kata dalam konvensi pers KSSK secara virtual, Kamis (24/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perry mengungkapkan berasas info investasi portfolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflow aliran masuk modal asing sebesar US$ 1,6 miliar terutama pada instrumen SBN dan sekuritas rupiah Bank Indonesia.

Namun, sejak diumumkan kebijakan tarif oleh Trump, pada 2 April hingga 21 April investasi portfolio mencatat net outflow alias biaya asing nan keluar US$ 2,8 miliar.

"Intinya bahwa kebijakan tarif ini menyebabkan para pelaku penanammodal dunia itu risk appetite-nya sangat tinggi dan karenanya para pelaku penanammodal dunia memindahkan investasi portfolionya ke negara dan aset nan dianggap kondusif safe haven asset and countries," tuturnya.

Sejumlah negara nan menjadi sasaran penanammodal dunia lantaran dinilai kondusif ialah antara lain Eropa dan Jepang. Sementara aset nan dianggap kondusif dalam kondisi saat ini adalah emas.

"Ini sekali lagi tidak berangkaian alias disebabkan imbal hasil nan menarik alias perbedaan yield suku kembang dalam negeri maupun luar negeri tapi lebih lantaran risk appetite penanammodal dunia nan sangat-sangat tinggi sehingga mereka menarik modalnya tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari emerging market lain," jelas dia.

(kil/kil)

Selengkapnya