Minyak Bangkit, Sanksi Baru As Ke Iran Dan Harapan Damai Dagang

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak bumi sukses bangkit pada perdagangan Selasa (22/4/2025) alias Rabu (23/4/2025) waktu Indonesia, setelah sempat tertekan selama sepekan terakhir. Sentimen positif datang dari hukuman baru Amerika Serikat (AS) terhadap Iran serta rebound pasar saham dunia nan menumbuhkan angan atas perbaikan hubungan jual beli AS-China.

Melansir Refinitiv, nilai minyak mentah Brent perjanjian Juni ditutup naik 1,8% ke US$67,44 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) perjanjian Mei nan kadaluarsa hari itu melonjak 2% ke US$64,32 per barel. Kontrak Juni nan lebih aktif juga naik 2% ke US$63,47.

Kenaikan ini menjadi angin segar setelah Brent sempat ambruk 3,6% selama sepekan terakhir akibat tekanan dari potensi kesepakatan nuklir Iran-AS serta tekanan dari komentar Presiden AS Donald Trump terhadap kebijakan moneter The Fed.

Namun pada Selasa waktu AS, Departemen Keuangan AS mengumumkan hukuman baru nan menyasar jaringan upaya pengangkutan gas cair dan minyak mentah milik salah satu taipan daya Iran. Sanksi ini memunculkan kembali ketidakpastian soal pasokan minyak Iran ke pasar global.

"Kalau kesepakatan nuklir kandas dicapai, skenarionya bisa jadi nol ekspor minyak Iran," kata John Kilduff, mitra di Again Capital kepada Reuters.

Di sisi lain, angan meredanya ketegangan jual beli AS-China juga menjadi motor penggerak rebound nilai minyak. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan bahwa eskalasi bentrok jual beli dengan Tiongkok kemungkinan bisa ditahan, meskipun negosiasi umum belum dimulai.

Namun, pelaku pasar tetap dibayangi akibat ekonomi akibat tarif impor AS ke beragam negara. Dana Moneter Internasional (IMF) pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2025, nan dikhawatirkan bakal menekan permintaan daya dunia.

Sementara itu, dari sisi esensial pasokan, info dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu-jauh di atas ekspektasi analis. Pasar sekarang menanti info resmi dari Energy Information Administration (EIA) nan bakal dirilis Rabu malam waktu Indonesia.

Kenaikan dua hari beruntun ini mempersempit pelemahan nan terjadi sejak awal April, di mana Brent sempat longsor dari kisaran US$75. Kini pasar bakal mencermati arah negosiasi geopolitik dan sinyal info ekonomi utama sebagai penentu lanjutan tren nilai minyak.

CNBC Indonesia


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak

Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina

Selengkapnya