ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap Indonesia tetap kekurangan master spesialis. Dalam kalkulasi 10 tahun ke depan, total gap master ahli nan dibutuhkan sebanyak 70 ribu.
Kenyataannya, Indonesia saat ini hanya bisa memproduksi 2.700 master ahli setiap tahun. "Ini tantangan kita berbareng lantaran setahun kita produksi hanya 2,700. jadi ketika kita bagi 70 ribu dengan 2.700 itu artinya butuh waktu 26 tahun," sorot Menkes dalam program percepatan peningkatan akses dan mutu pendidikan tenaga medis di Jakarta Selatan, Selasa (22/7/2025).
Menjelang seremoni kemerdekaan RI ke-80, gap master ahli tersebut menurutnya mustahil dikejar dalam waktu dekat, jika upaya nan dilakukan pemerintah tetap mengikuti sistem nan ada saat ini.
"Bapak, ibu, kita sejenak lagi mau ulang tahun ke-80, kita kejar 'gap-nya' sampai ultah ke-100 mungkin belum tercapai, jika kita bekerja dengan speed saat ini, sampai kita ulang merdeka nan 100 tahun pun kita bakal kekurangan master spesialis," lanjutnya.
Kekurangan master ahli menurutnya memicu lebih dari 1 juta kematian masyarakat Indonesia setiap tahun. Terbanyak berangkaian dengan penyakit stroke, jantung, dan kanker.
"Bayangkan, di RS Harapan kita saja, ada nan dari wilayah kemudian mengantre hingga 6 bulan untuk mendapatkan penanganan," tutur dia.
Persoalan nan tidak kalah krusial adalah pengedaran nan belum merata. Misalnya, pada sejumlah kabupaten dan kota, intervensi jasa jantung tidak selalu bisa dilakukan lantaran minim master spesialis.
Hanya tiga hingga empat provinsi nan sudah mencapai kesiapan master ahli jantung nan ideal.
"Tapi tetap bukan berfaedah masalah kita paling besar distribusi. Kenapa kita pengedaran susah? Karena jumlah master kurang, kita kudu lebih sigap lagi," pungkasnya.
(naf/up)