Media Asing Soroti Fadli Zon Sebut Pemerkosaan Massal 1998 Cuma Rumor

Sedang Trending 11 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com

Rabu, 18 Jun 2025 16:25 WIB

Jakarta, detikai.com --

Sejumlah media asing menyoroti Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon yang membantah ada perkosaan massal dalam peristiwa Mei 1998.

Media nan berbasis di Singapura, Channel News Asia, merilis laporan berjudul "Menteri Indonesia Bantah Perkosaan 1998, Tuai Kritik dari Aktivis hingga Pejabat" pada Selasa (16/6).

Di paragraf pertama, CNA menulis penyangkalan Fadli mengenai kasus tersebut nan menuai kecaman dari aktivis kewenangan asasi manusia dan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas) Perempuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggota Komnas Perempuan Dahlia Madanih mengatakan pernyataan Fadli bertentangan dengan temuan sebelumnya, termasuk temuan tim pencari kebenaran nan sudah disetujui pemerintah. Laporan tersebut mendokumentasikan 85 kasus kekerasan seksual termasuk 52 pemerkosaan pada 1998.

Dahlia mengatakan laporan tersebut diterima mantan Presiden BJ Habibie nan sempat menyatakan penyesalan atas kasus tersebut.

"Menolak temuan resmi tim pencari kebenaran berfaedah mengingkari kerja kolektif bangsa ini dalam memperjuangkan keadilan," kata Dahlia dalam laporan CNA.

Penyangkalan itu, lanjut dia, tak hanya menyakitkan tapi juga melanggengkan impunitas.

CNA juga mencantumkan komentar salah satu personil Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Diyah Wara Restiyati. Dia menyebut pernyataan Fadli sangat menyakitkan dan mengabaikan bukti nan sudah terdokumentasi.

Selain CNA, beberapa media asing seperti Union of Catholic Asian News (UCANews) dan Asia News Network (ANN) juga memberikan laporan serupa soal Fadli Zon.

Fadli Zon menjadi sorotan lantaran pernyataan dia soal kasus perkosaan 1998 saat wawancara dengan Uni Lubis nan tayang di kanal YouTube IDN Times pada 10 Juni.

Dia mengatakan tak terdapat bukti kekerasan terhadap wanita termasuk perkosaan massal pada 1998. Fadli juga menyebut tragedi itu hanya rumor dan tak tercatat dalam kitab sejarah.

"Apa nan sebenarnya terjadi? Kita tak pernah betul-betul tahu, lantaran tidak pernah ada bukti kuat. Siapa nan bilang itu perkosaan massal? itu semua hanya desas-desus dan rumor semacam itu tak bakal menyelesaikan apapun," kata Fadli.

Dia lampau membahas rencana pemerintah merevisi sejarah resmi dengan meluncurkan seri kitab sejarah 10 volume saat Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus mendatang.

Proyek penulisan ulang sejarah memicu protes habis-habisan sejak program ini diutarakan ke publik.

(isa/dna)

Selengkapnya